Sabtu, 21 April 2012

MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.


Pada kajian kali ini membahas masalah wudhu yang erat sekali keterkaitannya dengan bahasan sebelumnya mengenai Shalat sebagai kunci kebahagiaan Dunia dan Akhirat.

Pengertian Wudhu :

Secara bahasa wudhu berasal dari kata : wadha’ah, yang artinya indah, bagus, dan bersih. [al-Munawi, at-Tauqif `ala Muhimmaati at-Ta`arif, Dar al-Fikr, Beirut, 1410 H, fashl: Dhad]. Jika huruf wawu-nya di-fathah, sehingga dibaca wadhu, artinya air yang digunakan untuk berwudhu. Sedangkan, jika huruf wawu-nya di-dhammah, sehingga dibaca: wudhu maka artinya kegiatan berwudhu.

Secara istilah, wudhu dalam pengertian syariat adalah bersuci dengan menggunakan air pada anggota badan tertentu, dengan tata cara tertentu. (Mausu`ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 43:315)

Shalat Tidak Sah Tanpa Berwudhu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ


“Shalat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima -ketika masih Berhadats- sampai dia berwudhu.”(HR. Muslim 225)

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ


Kunci pembuka shalat adalah thaharoh dan pengharamnya adalah takbir dan pembubarnya (penutupnya) adalah taslim (baca salam).
(HR at-tirmidzi dan dishahihkan al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi).

Ditinjau dari bahasa seperti yg disebutkan diatas bahwa wudhu itu “Indah”, banyak sekali kita temukan bahasan mengenai wudhu dan pada umumnya bahasan tersebut ditinjau dari sisi syariatnya saja. Bukan berarti menganggap bahwa bahasan secara syariat itu tidak penting namun jarang sekali kita menemukan bahasan wudhu secara hakikatnya. Untuk itulah mari kita kaji atau menguak tabir Indahnya berwudhu itu sendiri mulai dari telapak tangan hingga matakaki dengan memaknai secara hakikat melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, yang Insya Allah akan menemukan letak keIndahan tersebut.

Sebelum lebih jauh membahas tema ini, disini tidak ada penekanan mengenai batasan bilangan berwudhu (mencuci dengan air) dari mulai pergelangan tangan hingga mata kaki, sebab dalam hadits ditemukan beberapa bilangan tersebut baik itu dilakukan satu kali sampai tiga kali.

Abu Abdillah berkata,
"Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam. menjelaskan bahwa kewajiban wudhu itu sekali-sekali.[1] Beliau juga berwudhu dua kali-dua kali.[2]Tiga kali-tiga kali,[3] dan tidak lebih dari tiga kali.[4] Para ahli ilmu tidak menyukai berlebihan dalam berwudhu, dan melebihi apa yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam.”

Jadi mengenai bilangan tersebut, kami kembalikan kepada keyakinan individu masing-masing selama tidak bertentangan dengan yang diwajibkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sekarang mari kita tinjau Tabir dari berwudhu itu sendiri.

1. Niat karena Allah

Dari Umar bin al-Khatthab radhiyallahu’anhu, dia berkata:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ».

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amal dinilai berdasarkan niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya itu akan diterima oleh Allah dan rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena perkara dunia yang ingin dia peroleh atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya hanya akan mendapat balasan sebagaimana yang diniatkannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah, diriwayatkan juga oleh Bukhari)

Insya Allah, seperti yang sama-sama kita telah ketahui bahwa niat ini memiliki pengertian : “suatu maksud/keinginan yang diiringi dengan perbuatan”. Jadi jika diartikan bahwa niat saja tanpa ada perbuatannya, itu hanya berupa keinginan belum sampai kepada niat. Keinginan/maksud merupakan bagian dari niat itu sendiri.

 2. Membaca Basmalah

Rasulullah bersabda :
“Tidak sah shalat orang yang tidak berwudhu dan   tidak sah wudhu orang yg tidak menyebut nama Allah ketika mulai wudhu” (HR. Akhmad)

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
Tidak shah shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak shah wudhu bagi orang yang tidak menyebutkan nama Allah (yakni bismillah).’ [Hasan dengan syawahidnya. HR. Abu Dawud 101, at-Tirmidzi 25, dan Ibnu Majah 399].

Dari Rabah bin Abdurrahman bin Abu Sufyan bin Huwaithib dari neneknya dari bapaknya, dia (bapaknya, yaitu Sa’id bin Zaid, pent) berkata :

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ


Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Tirmidzi [1/25] namun dilemahkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-’Ilal al-Mutanahiyah [1/337] as-Syamilah).

Mengapa membaca basmalah ini begitu penting dan diutamakan? bahkan bukan hanya dalam memulai suatu pekerjaan, jika kita cermati bahwa disetiap surat Al-Qur’an kita mendapati bahwa bacaan basmalah yang mula-mula kita baca (kecuali surat At-Taubah). Mungkin disini sedikit akan diulas mengapa Bismillah ini memiliki keutamaan yang luar biasa sekali. Namun demikian tidak ada paksaan untuk menerima benar tidaknya setelah mengetahui dari pertanyaan tersebut.
Tidak diragukan lagi bahwa wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad adalah Surat Al-‘Alaq (96:1-5)

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Surat Al-‘Alaq ini diperjelas kembali dengan Surat An-Najm (53:1-11) yang menggambarkan peristiwa ketika wahyu pertama diterima oleh Rasulullah
Demi bintang ketika terbenam.kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quraan) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).yang diajarkan kepadanya oleh (jibril) yang sangat kuat.yang mempunyai akal yang cerdas; dan (jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.sedang dia berada di ufuk yang tinggi.Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
Dari peristiwa ini, pada umumnya menterjemahkan bahwa “bacalah” disini adalah membaca situasi yang kala itu umat Muhammad jauh sekali dari ajaran Islam yang disebut jahiliyah dan sebagainya. Salah satu contohnya seperti pada artikel berikut :
Mengapa iqra, merupakan perintah pertama yang ditujukan kepada Nabi, padahal beliau seorang ummi (yang tidak pandai membaca dan menulis)? Mengapa demikian? Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun,”sehingga tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara tertentu.” Dari “menghimpun” lahir aneka ragam makna, seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti mengetahui ciri sesuatu dan membaca, baik teks tertulis maupun tidak. Iqra’ (Bacalah)! Tetapi apa yang harus dibaca? “Ma aqra’?” tanya Nabi -dalam suatu riwayat- setelah beliau kepayahan dirangkul dan diperintah membaca oleh malaikat Jibril a.s. Pertanyaan itu tidak dijawab, karena Allah menghendaki agar beliau dan umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut Bismi Rabbik; dalam arti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yang tertulis dan tidak tertulis.
Dari penafsiran-penafsiran yang selama ini berkembang soal Rasulullah buta huruf sehingga ketika Rasul menjawab Jibril “apa yang harus saya baca?” menjadi suatu pemahaman  bahwa Rasul tidak bisa membaca, kiranya perlu kita kaji dan kita kritisi kembali. Dan sebagai bahan dalam mengkritisinya silahkan anda mencari tahu dan dalam blog inipun sudah tersedia yang diberi judul NABI MUHAMMAD BUTA HURUF? 
Jika saja kita mau meneliti dan memahami dari surat Iqra tersebut dan kita perhatikan seksama bahwa sesungguhnya Rasulullah membacakan dan pertama kali yang diucapkan adalah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kenapa demikian ?
Dalam Al-Qur’an pun sudah ada gambaran sebagai jawaban tersebut bahwa Rasulullah tidak pernah membaca sebelumnya tentang kitab-kitab terdahulu, dan inipun bukan berarti Rasulullah tidak dapat membaca, seperti diterangkan pada Surat Al-‘Ankabuut (29:48)
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur`an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). 
Dalam ayat lainnya di Al-Qur’an, kata ini (bismillah) ternyata sudah ada di kitab-kitab sebelumnya seperti kisah Nabi Sulaiman yang mengirim surat kepada Ratu Balqis dan Kisah Nabi Nuh :

Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS 27:30)
Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.” Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 11:41)
Dengan Bismillah inilah, Rasulullah mendakwahkan kepada umatnya :

Al-Furqaan:63

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلامًا


Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

Seperti kalau kita pernah baca sejarah Rasulullah bahwa beliau ketika berjalan, ditimpuki oleh orang-orang yang tidak menyukainya, namun Rasulullah sendiri tidak pernah membalasnya. Ini merupakan implementasi dari kalimat Bismillahirrahmaanirrahiim..
Demikianlah sekilas tentang kata Bismillaahirrahmaanirrahiim yang kemudian inilah yang menjadi alasan bahwa kata tersebut begitu tinggi sekali nilainya seperti yang sudah dikemukakan diatas.

3. Mencuci kedua pergelangan tangan
Pergelangan tangan ini memiliki filosofi bahwa setiap kegiatan yang akan kita perbuat, apapun itu (tentu kegiatan yang baik) hendaknya dimulai dengan niat karena Allah dan untuk itu kita mulai (sebelum melakukan pekerjaan) dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim..

4. Berkumur-kumur.

Berkumur-kumur ini tentu dilakukan dengan mulut. Mulut jika dilihat fungsinya adalah alat untuk masuknya makanan dan minuman sertu untuk mengeluarkan perkataan. Jadi dengan fungsi inilah hendaknya kita senantiasa menjaganya. Dari fungsi tersebut selanjutnya mari kita kaji dari ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut :



a. Makan dan minum

    `Abasa:024
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

Kenapa kita diperintahkan untuk memperhatikan makanan ?
Dari makanan inilah yang nanti akan membentuk sifat, karakter, tabiat kita sebagai manusia dan akan menjadi suatu pondasi diri dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Dari makanan ini pulalah mempunyai peranan penting untuk menentukan pribadi-pribadi manusia menjadi pribadi yang Islami sehingga apa yang kita dambakan yaitu mendapat Ridho Allah akan terwujud. Dari makan ini pulalah sebagai wujud kita mengabdi kepada Allah SWT.

An-Nahl:114
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ


Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

Al-Baqarah:172
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ


Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.

Al-Baqarah:168

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Al-An`aam:118
فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ


Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayatNya.
Lalu bagaimana cara mendapatkan rezki yang halal itu ?
Al-Baqarah:188

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Begitu pentingnya kita memperhatikan dan mewaspadai dari makanan. Darah terjadi dari makanan yang apabila kita lengah maka syaitan akan menyelinap masuk dan bersemayam didalam diri manusia.

Rasulullah bersabda :
Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. (Muttafaq ‘alaih)

“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.” 

(HR. Bukhari no. 7171 dan Muslim no. 2174)

Dzat/materi dari makanan juga tata cara penyembelihannya harus pula kita perhatikan :

Al-Maaidah : 3

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al-An`aam:145

قُلْ لَا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ


Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Al-An`aam : 121


وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ


Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
Selain makanan, kitapun hendaknya memperhatikan minuman.


Al-Maaidah:090

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Al-Maaidah:091

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ


Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dari cara mendapatkannya kita sudah tahu yaitu dari rezki yang halal, kemudian dzatnya pun kita juga sudah penuhi yaitu makanan yang halal bukan yang haram. Selanjutnya dalam adab makan pun perlu kita perhatikan yaitu jangan berlebih-lebihan, jangan berdiri (seperti makannya binatang)

Al-A`raaf:031

يَابَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ


Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Muhammad:012

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ


Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu`min dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka.

Dalam Hadits :
“Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil berdiri”. (HR. Muslim)




b. Perkataan

    Hendaknya perkataan yg kita ucapkan adalah perkataan yang benar, tidak bohong, jangan suka mengolok-olok, jangan bergunjing (ghibah), tidak menamakan malaikat dengan nama perempuan.

Al-Israa`:053

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا


Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Al-Ahzab:070
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,

Al-Ahzab:071

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Al-Hujuraat:011

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ


Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri  dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.


“Sampaikanlah kebenaran itu walaupun ia pahit” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)


Dari Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:“Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran, karena kebenaran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong, karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan, dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong.” Muttafaq Alaihi.


Al-Hujuraat:012

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّبَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًاأَيُحِبُّأَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُوَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
An-Najm:27
إِنَّالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِلَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنْثَىٰ

Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.

An-Najm:28
وَمَالَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍۖ إِنْ يَتَّبِعُونَإِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّلَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّشَيْئًا
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.
Az-Zukhruf:19

وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَٰنِ إِنَاثًا ۚ أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ

Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.

Demikian dulu kaji diri kali ini, Insya Allah jika ada kesempatan, akan disambung kelanjutannya.

Yang benar dari Allah, yang salah dari diri pribadi.
Wassalaamu’alaikum..

Notes :


  • Mengenai makanan (khususnya mengenai binatang sembelihan) yang mana sudah dipaparkan diatas, terdapat hubungan yang erat dengan pembahasan AHLI KITAB.
  • Sambungan Wudhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar