Minggu, 01 April 2012

Dahsyatnya Sakaratul Maut, Siapkah kita untuk menghadapinya ?


Dahsyatnya Sakaratul Maut



“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa  orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta  berkata, “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya  kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang  yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil  berkata), “Keluarkanlah nyawamu !” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan  terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (Qs. Al- An’am : 93).
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya  dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan  orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara  kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa  terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.


Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah,  kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal  Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit.  Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka  bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi  Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat  Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang  lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh”. Salam Malaikat Izrail,
“Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke  rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail,  dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya  makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka  puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya “menghadap”. Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak  lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya  berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan “tamunya” itu ke sebuah perkebunan di  mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
“Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta Malaikat  Izrail (menguji Nabi Idris a.s).
“Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)” kata Nabi Idris a.s.
“Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut.
“Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian  Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”.
Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah  tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran  tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir  Nabi Idris a.s.
“Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s.
Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail.
Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya  bergetar tak berdaya.
“Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris  a.s serius.
“Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.
“Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat  Izrail.
Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya  terdiam.
“Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s
“Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail.
“Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa
takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris  a.s.
“Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat  Izrail.
Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar  mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau  wafat.
Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan  permohonannya.
Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
“Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat Izrail.
“Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi  Idris a.s.
“Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata  Malaikat Izrail.
MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi  Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita ?
Siapkah kita untuk menghadapinya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar