Minggu, 22 April 2012

MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (2)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.



Segala Puji bagi Allah hendaknya senantiasa kita panjatkan karena hingga kini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat saling berbagi dan kita masih diberikan kenikmatan yang jikalau kita hitung nikmat itu, tidak akan sanggup kita menghitungnya.

Pada kajian kali ini meneruskan bahasan sebelumnya yaitu MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (1).

Untuk mengungkap Keindahan daripada Wudhu itu sendiri, selanjutnya marilah sama-sama kita pahami filosofi dari gerakan wudhu yang mana pada pembahasan ini memaknai gerakan mencuci/membersihkan kedua lubang hidung, membasuh muka dan membasuh telapak tangan hingga siku dengan berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Penomoran akan dimulai dengan No. 5 dst, karena bahasan ini merupakan rangkaian dan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya.


5. Mencuci/membersihkan Kedua Lubang Hidung

Rasulullah bersabda :

Dari Abu Huraîrah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Apabila salah seorang di antara kalian berwudhu, maka hendaklah ia menghirup air ke dalam  hidung melalui kedua hidungnya, kemudian menghembuskannya [istinsyar].” [HR. Al-Buhari (162), Muslim (237), Abu Dawud (140), An-Nasai (1/65-66), Ibnu Majah (409) dan Al- Muwattha (1/19).]

Hidung mempunyai fungsi sebagai indera untuk mencium sumber bau. Dari fungsi inilah yang diisyaratkan dalam Al-Qur'an bahwa Janganlah kita mencari-cari kesalahan orang lain.


Al-Hujuraat:012  


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ


Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)


6. Membasuh Muka

Muka/wajah yang salah bagiannya terdapat mata, memiliki fungsi untuk melihat, untuk memandang. Dari fungsi ini hendaknya pandangan kita harus lurus (hanif), tidak menyekutukan Allah (musyrik). Lurus disini dalam artian bahwa jadikan Islam sebagai aturan dalam diri. Aturan islam bukanlah aturan yang datangnya dari Timur, bukan dari Barat atau lainnya. Islam adalah Islam yang memiliki aturan sendiri yaitu Al-Qur'an sebagai petunjuk dan jalan yang lebih lurus, yang didalamnya tidak ada keraguan bagi mereka yang bertakwa dan ayat-ayatnya saling menjelaskan, tidak ada kebengkokan.

Ar-Ruum:030
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

Ar-Ruum:031  
مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,

Ar-Ruum:032  
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.


Semua manusia, terlahir di dunia ini dalam keadaan suci (fitrah islam), Namun dalam perjalanannya, peran orang tualah yang nantinya akan menentukan, kemana ia akan menghadapkan wajahnya (beragama), seperti dalam Hadist dikatakan :


Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR. Bukhari)


Kenapa fitrah manusia itu beragama Islam? karena ketika Allah meniupkan ruhNya, kita semua sudah mengucapkan satu perjanjian (bersyahadat) bahwa kita mengakui akan ke Esaan Allah agar di hari akhir kelak, tidak ada lagi saling menyalahkan. Hal ini sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an :


Al-A`raaf:172  

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",


Al-A`raaf:173  

أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ

 atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"


Ketika shalat, didalamnyapun kita membaca do'a iftitah :

Al-An`aam:079  
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Al-An`aam:162  
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Al-An`aam:163  
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".


Seperti dikatakan sebelumnya bahwa Islam mempunyai aturan sendiri. Kita menghadapkan wajah atau pandangan ini bukan ke Timur bukan ke Barat tetapi lurus kepada agama Allah.
Al-Baqarah:177

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَءَاتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ


Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Jika kajian ini dituangkan, maka akan luas sekali pengembangannya. Pada intinya marilah kita hadapkan wajah ini kepada agama Allah (Islam), tentu dengan mengetahui aturan-aturannya yaitu Al-Qur'an yang merupakan petunjuk bagi manusia agar di hari akhir kelak kita tidak akan rugi. Insya Allah mengenai Al-Qur'an akan dibuatkan artikel tersendiri.




7. Membasuh Kedua Telapak Tangan Hingga Siku.


Tangan mempunyai fungsi untuk berbuat suatu pekerjaan atau perbuatan ('amal). Dengan membersihkannya melalui wudhu, mengandung hikmah agar diri kita terhindar dari perbuatan yang sia-sia dan hal ini tidak menutup kemungkinan tanpa sadar kita masih terlibat didalamnya. Perbuatan yang selama ini kita anggap baik namun masih membawa unsur kemusyrikan, inilah yang akan menjadikan perbuatan ('amal) itu sia-sia, akan terhapus dan merugi.


Az-Zumar:065  

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Az-Zumar:066  
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ


Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur".


Dalam menjalankan kehidupan di dunia yang fana ini, semua aktifitas yang kita perbuat adalah dalam rangka ibadah, dalam rangka kita mengabdi kepadaNya. Semua yang kita lakukan senantiasa karena Allah, harus ikhlas atau murni. Tidak mencampuradukkan antara yang hak dengan yang bathil.



Dalam Al-Qur’an disebutkan Mukhlis (orangnya) yang diterjemahkan adalah Murni, ini juga yang disebut dengan Ikhlas (perbuatannya). Jika kita memahami kata murni dari kaedah bahasa Indonesia adalah : "tidak bercampur dengan unsur lain".
Sebuah teori Hukum Alam menyatakan bahwa :
“Suatu zat tidak akan tercampur apabila tidak mempunyai unsur yang sama”.
Inilah suatu perumpaman nyata. Kita ambil contoh antara minyak dengan air, tentu tidak akan bercampur, masing-masing unsur memisahkan diri. Kita umpamakan kembali segelas air putih bersih yang kelihatan bening (murni), tentu jika sudah tercampur unsur lain walaupun setetes saja, tentu kebeningannya akan berubah, dan hal ini perlu disaring kembali agar tetap bening.
Begitupun dalam kita beribadah dan menyembah kepada Allah, harus ikhlas, murni, tidak ada unsur lainnya dalam diri kita.
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 42)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An`aam : 82) 
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisaa` : 48)
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An-Nisaa` : 116)
Bentuk daripada kemusyrikan ini harus kita lihat dari segala aspek kehidupan, artinya bukan hanya menganggap bahwa kemusyrikan itu sebatas pada bentuk penyembahan berhala atau penyembahan lainnya selain Allah. Misalnya saja dalam kehidupan keseharian kita yang tanpa disadari karena ketidaktahuan kita hal ini akan terlibat kepada kemusyrikan. Beberapa perbuatan tersebut adalah :


  • DO'A 
Kenapa masalah Do'a ini perlu dikaji kembali ? 
Dalam hadits disebutkan :


Do’a adalah inti sarinya ibadah. (HR. Tirmidzi). Do’a adalah senjatanya seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la). Dengan senantiasa berdo’a akan menghadirkan energi baru, menambah stamina dan menenangkan batin dan jiwa.

Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa RasulullahSAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufradno.714.

Di ayat lain disebutkan : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. Al Baqarah: 186).

Di dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan do’a, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala selain do’a” (HR. Ahmad no. 8733.  Syu’iab Al Arnauth berkata bahwa hadits ini hasan).



Karena begitu pentingnya perbuatan do'a ini maka masalah perbuatan inilah yang dikaji. Perbuatan-perbuatan lainnya yang berkenaan dengan simbol dari gerakan wudhu ini, secara umum sudah cukup jelas hukumnya misalnya perbuatan mencuri dan lain sebagainya.


Lalu yang manakah yang dimaksud dengan DO'A itu sendiri yang harus dikaji?


Jawabannya adalah "DO'A PANJANG UMUR".


Menjawab masalah do'a ini, perlu kiranya dalam memahaminya dilandasi dengan sikap yang bijak. Tidak dilandasi dengan prasangka atau berbagai macam pertimbangan menurut keinginan (hawa nafsu). Masalah ini dikaji berdasarkan fenomena yang masih sering dilakukan oleh umat Islam dan tentu jika kita mau mencermati, kita mau memahami dengan berlandaskan kepada Al-Qur'an, Insya Allah perbuatan ini akan dapat kita hindari.


Masalah do'a ini memang bukan sesuatu yang baru untuk dimasalahkan, banyak sekali yang sudah membahasnya bahkan diantara pembahasan tersebut ada yang membolehkan selama do'a itu mengandung unsur kebaikan. Artinya dalam do'a itu kita sertakan kalimat agar bertambah pula amal kebaikan kita. 
Jika kita mau bertanya lagi apakah yang baik itu sudah pasti benar? Katakan umur kita diberikan panjang sehingga dapat melaksanakan amal kebaikan, tapi bagaimana jika sebaliknya?kita diberikan umur panjang namun kita lupa berbuat kebajikan dan beribadah. Atau katakan kita diberikan umur panjang sampai tua renta, dalam beribadah pun sudah sulit sekali rasanya, apakah dengan kondisi itu justru tidak akan menambah penderitaan? Itulah beberapa sekelumit jika kita menurutkan hanya kepada pemikiran manusianya, menuruti prasangka dan keinginan (hawa nafsu).


Persoalan yang menjadi pembahasan masalah ini, tidak kami kemukakan disini karena begitu panjang nantinya. Silahkan anda mencari sendiri masalah pembahasan Do'a Panjang Umur dan dalam blog inipun sudah disajikan dengan Judul "DO'A PANJANG UMUR ??".


Padahal dalam Al-Qur'an, sudah cukup jelas dan tegas mengenai Panjang Umur ini yang sudah menjadi ketetapan Allah, yaitu diantaranya :



Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu`min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu`min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS 33:36)
niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui”. (QS 71:4)
Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS 16:1)
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu ; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS 7:34)

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS 63:11)

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir:011)
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (Yassiin:068)
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah:096)
Dari ayat diatas, kiranya cukup saling menjelaskan dan menegaskan bahwa telah pasti datangnya ketetapan Allah dan memperingatkan tentang Panjang Umur. Bahkan pada ayat lainnya, Allah pun telah memberikan suatu gambaran bahwa bagaimana ketika Iblis meminta kepada Allah agar di berikan ketangguhan hidupnya dalam rangka menggoda manusia untuk mengikuti langkah-langkahnya.
Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. (QS 7:14)
Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan, (QS 15:36)
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS 38:79)

  • IRI HATI
Al-Baqarah:105  

مَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَلَا الْمُشْرِكِينَ أَنْ يُنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِنْ خَيْرٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.


Iri hati adalah suatu sifat yang tiada senang melihat orang lain mendapatkan suatu kebaikan. Jika kita mempunyai sifat ini maka pada ayat tersebut diatas jelas tak ubahnya seperti orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik.


Akibat dari perbuatan ini akan berdampak kepada saling hasat dan hasut.
Rasulullah SAW telah bersabda:
Artinya: “Telah masuk ke tubuhmu penyakit-penyakit umat tedahulu, (yaitu) benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur rambut.” (HR Ahmad dan Turmidzi)
Sifat hasud sangat membahayakan kehidupan manusia antara lain:
  1. menyebabkan hati tidak tenang karena selalu akan memikirkan bagaimana keadaan itu dapat hilang dari seseorang.
  2. Menghancurkan persatuan dan kesatuan, karena biasanya orang yang hasud akan mengadu domba dan suka menfitnah
  3. Menghancurkan kebaikan yang ada padanya. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Dari Abu Hurairah katanya: Telah bersabda rasullah SAW : Hendaklah engkau menjauhkan diri dari sifat hasud, sebab sifat hasud memakan kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar.” (HR Abu Daud)

  • TIDAK BAYAR INFAQ / ZAKAT
Al-Fushshilat:006  


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ


Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya,


Al-Fushshilat:007  



الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ


(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.

Seperti dalam pembahasan ZAKAT yang juga dituangkan dalam Blog ini, bahwa Zakat adalah sebagai bentuk perbuatan untuk penyuci/pembersih jiwa.


Salah satu dari bab Zakat adalah Infaq. Infaq inilah yang jarang sekali disentuh padahal begitu pentingnya Infaq ini karena setiap rizki yang kita terima, kita wajib mengeluarkannya baik itu dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah.


Akibat tidak membayar infaq pada maka akan mendapatkan siksa yang pedih, seperti dijelaska dalam firman Allah :


 At-Taubah:034  



يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ


Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,

Dari QS 9:34 adalah sebagai gambarannya dan jika kitapun melakukan perbuatan seperti itu, tak ubahnya kita seperti mereka.

Tidak membayar zakat/infaq maka kita termasuk orang-orang yang lalai dalam shalat, sepert dijelaskan dalam firman Allah :

Al-Maa`uun:001  
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?


Al-Maa`uun:002  

فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
Itulah orang yang menghardik anak yatim,


Al-Maa`uun:003  


وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Al-Maa`uun:004  

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

Al-Maa`uun:005  

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Al-Maa`uun:006  

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ
orang-orang yang berbuat riya ,

Al-Maa`uun:007  
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

  • MERASA BANGGA DIRI / SOMBONG


Ar-Ruum:030  

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ,

Ar-Ruum:031  

مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,

Ar-Ruum:032  

مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Dalam Al-Qur'an cukup banyak sekali penjelesan mengenai sifat sombong, namun yang kami singgung disini adalah perbuatan yang sering kita lihat terhadap sesama umat Islam sendiri, yang merasa bangga dengan golongannya. Memliki sifat kebanggaan inilah yang dapat menghantarkan kepada sifat kesombongan dimana sifat ini tidak lain adalah sifat yang dimiliki oleh iblis.

Shaad:071  
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah".

Shaad:072  


فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya".

Shaad:073  


فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya,

Shaad:074  


إِلَّا إِبْلِيسَ اسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
kecuali iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir.

Shaad:075  


قَالَ يَاإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ
Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?".

Shaad:076  

قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".

Shaad:077  

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,

Shaad:078  

وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan".

  • RIYA'
Dalam (QS Al-Maa'uun [107]:6) telah disinggung masalah orang-orang yang lalai dalam sholatnya yaitu Riya'. Riya’ artinya memperlihatkan (menampakkan) diri kepada orang lain, supaya diketahui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah. Salah satu contoh ketika seseorang sudah mendapatkan gelar Haji, maka jika tidak disebutkan gelar tersebut akan marah, tersinggung, contoh lainnya dengan mengeluarkan sedekah tetapi untuk popularitas, ketika hendak sholat berjaamaah di masjid tujuannya bukan karena Allah tapi karena ingin memperlihatkan dirinya dan banyak lagi contoh lainnya.


Al-Baqarah:264 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir .


An-Nisaa`:142  

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.


Sifat riya' ini yang dikhawatirkan oleh Rasulullah terhadap umatnya :


"Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada hari kiyamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari mereka itu." (HR Thabrani, Ibnu Abid Dunya dan Baihaqi).


Kita sebagai manusia, tidak sepatutnyalah untuk mengharapkan pujian karena sesungguhnya pujian itu adalah hak Allah. Bahkan Rasulullah dalam haditsnya bersabda :


 “Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nashrani mengkultuskan ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka itu katakanlah ‘abdullahu wa rasuuluh (hamba Allah dan utusan-Nya”). (HR. Bukhari no 3189)

Al-Faatihah:002  

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Al-Qashash:070  


وَهُوَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَهُ الْحَمْدُ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.


Demikian Kaji Diri, mudah-mudahan bermanfaat. Insya Allah pembahasan berikutnya masih melanjutkan tentang Indahnya Wudhu.
Yang benar dari Allah, yang salah dari diri pribadi.


Assalaamu'alaikum....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar