Senin, 02 April 2012

HIJAB AL-QUR'AN TIDAK MENYENTUH


“Hijab / Penghalang kenapa Al-Qur’an tidak Menyentuh ke Dalam Diri”




Sebagai seorang muslim yang beriman, kita meyakini bahwa Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) adalah bertepatan pada Bulan Ramadhan. Tidak sedikit pula Umat Islam memperingati Malam Nuzulul Qur’an tersebut ditambah lagi dengan mempersiapkan dirinya menyambut Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar) yaitu dengan beritikaf di masjid.
Apa itu arti dari Nuzulul Qur’an dan Malam Kemuliaan maka yang perlu dimaknai/dikaji lebih mendalam adalah karena secara Fisik sangat jelas bahwa Al-Qur’an sudah Nuzu/turun ke bumi maka “Bagaimana agar Al-Qur’an itu Nuzul/turun dan Menyentuh kedalam diri/hati kita sebagai pedoman dalam kehidupan. Untuk itu Pembahasan Kaji Diri ini mengenai seperti Judul di atas dengan rujukan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Rujukan Ayat-ayat Al-Qur’an sbb :
1. QS 56:77-80
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS 56:77)
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz), (QS 56:78)
لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS 56:79)
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS 56:80)

Pada QS 56:77 disebutkan Al-Qur’an adalah bacaan yg sangat mulia. Kenapa Al-Qur’an ini sbg bacaan yg sangat mulia? Karena bacaan ini (Al-Qur’an) turun dari Allah seperti dijawab pd ayat berikutnya
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS 56:80)
Kitab ini sangat terpelihara karena memang sudah merupakan janji Allah, seperti Firman Allah di QS 15:9
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Al-Qur’an ini tidak akan menyentuh diri kita jika diri kita tidak bersih (kata, hati dan perbuatan kita masih kotor).
Rujukan ayat Al-Qur’an berikutnya QS 17:45
وَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ حِجَابًا مَسْتُورًا
Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup. (QS 17:45)
Orang-orang yg tidak beriman kepada kehidupan akhirat, cukup jelas diterangkan pada QS 17:45 bahwa Allah memberikan suatu dinding/hijab yang tertutup. Ini adalah salah satu Penghalang/hijab kenapa Al-Qur’an tidak menyentuh ke dalam diri manusia.
Jadi dapat dikatakan bahwa jika Al-Qur’an mau menyentuh/nuzul ke dalam diri kita salah satunya adalah dengan Beriman kepada Kehidupan Akhirat dimana ini adalah termasuk dalam Rukun Iman.
Kita beriman kepada Kehidupan Akhirat, bukanlah sekedar diucapkan dengan lisan saja, tetapi harus ada pembuktian. Karena manusia dikatakan beriman haruslah “Kullun, Wa niattun, Wa ‘Amalun, Wa Sunnatun. Kata, hati, perbuatan harus sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Bagaimana Praktek/Pembuktiannya ?
Rujukan Ayat Al-Qur’an mengenai Praktek/Bukti kita Beriman kepada Kehidupan Akhirat
الَّذِينَ لا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. QS 41:7
Zakat inilah sebagai pembuktian kalau kita beriman kepada Kehidupan Akhirat. Dengan Berzakat dapat mensucikan/membersihkan diri kita dimana ini juga merupakan salah satu unsur agar Al-Qur’an dapat menyentuh hati/diri kita.
Zakat disini dalam arti luas karena ada beberapa kategori zakat yg kita bisa kerucutkan seperti Infaq, Sedekah, Zakat Mal, Zakat Fitrah dan lain sebagainya yang termasuk dalam kategori Zakat.
Kenapa Zakat dapat mensucikan/membersihkan diri kita? Karena dalam rujukan ayat selanjutnya Firman Allah :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103)
Dalam rujukan ayat Al-Qur’an lainnya, kenapa Zakat itu sebagai pembersih :
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian. (QS 51:19)
Dalam ayat ini cukup jelas bila dapat disimpulkan bahwa jika kita tidak mengeluarkan zakat berarti kita tidak memberikan hak orang lain dan ini berarti pula kita sudah berani mengambil hak Allah. Kita berani mengambil hak Allah artinya bagaimana mungkin Allah akan menjadikan diri kita sebagai hamba yang disucikan? Dan bagaimana mungkin Al-Qur’an dapat menyentuh hati/diri kita?
Contoh lain daripada aplikasi dari Rukun Iman adalah kita Beriman kepada Kitab. Bagaimana mempraktekkannya?
Dalam Firman Allah QS 2:121
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.
Dengan membaca Al-Qur’an artinya kita sudah beriman kepada Kitab. Akan tetapi dalam membaca Al-Qur’an haruslah dengan sebenarnya. Artinya bacalah Al-Qur’an itu dengan Tartil (membaca dengan baik dan benar). Selain membaca dengan Tartil, yang lebih utama adalah dengan memahami isi dari bacaannya. Bagaimana kita mau mempraktekkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari kalau kita tidak mengerti makna dari ayat-ayat yang terkandung di dalamnya?
Sudah dipastikan bahwa setiap orang Islam memiliki Al-Qur’an. Namun tidak jarang pula Al-Qur’an ini cuma dijadikan pajangan (tidak diacuhkan) bahkan dijadikan nyanyi-nyanyian. Fenomena ini sungguh sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW, seperti QS 25:30
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”.
Rujukan ayat berikutnya adalah :
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS 9:54)
Apakah cukup dengan membayar Zakat berarti Al-Qur’an akan menyentuh diri/hati kita? Jawaban dari QS 9:54 diatas cukup jelas dan tegas bahwa selain Zakat, kita pun diperintahkan untuk Sholat. Hampir semua ayat-ayat dalam Al-Qur’an menyebutkan dan memerintahkan kita untuk menunaikan “Sholat dan Zakat” secara bersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar