Selasa, 27 Maret 2012

MENCAPAI AL-ISLAM BERDASARKAN AL-IMAN (2)


“MENCAPAI AL- ISLAM


  BERDASARKAN AL- IMAN (2)”




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Minggu sebelumnya kita sudah membahas masalah keimanan, apa itu iman, mengapa kita beriman. Sekarang mari kita tinjau mengenai :
Gunanya kita Beriman
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS 24:55)

Dari QS 24:55 diatas, ada 3 (tiga) point janji Allah yang apabila kita beriman & mengerjakan amal saleh, yaitu :
  1. Allah akan menjadikan kita berkuasa di bumi seperti orang-orang yang telah berkuasa sebelum kita.
  2. Allah akan meneguhkan kita agama yang telah diridhainya yaitu Islam.
  3. Allah akan menukar keadaan kita yang sebelumnya berada dalam ketakutan (gelisah) kepada keadaan yang aman sentausa (tentram).
Itu adalah janji Allah yang harus kita yakini bahwa janji Allah itu benar.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. (QS 35:5)
Kemudian kitapun selalu diingatkan agar jangan pernah mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Dalam menyembah Allah haruslah murni (ikhlas), tidak dicampur aturan-aturanNya antara yang Hak dengan yang Bathil, agar kita tidak terlibat kepada perbuatan Syirik.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh , dan teman sejawat, ibnu sabil  dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,  (QS 4:36)
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS 39:11)
Syirik terbagi menjadi Syirik Nyata dan Syirik tidak Nyata/samar-samar.
Syirik nyata dapat dengan mudah kita jauhi seperti menyembah patung, percaya kepada benda-benda yang dikeramatkan, dll. Akan tetapi yang sulit kita jauhi adalah Syirik tidak nyata/samar-samar, karena syirik ini mungkin dalam keseharian tanpa sadar kita telah melakukannya seperti pada makanan, pergaulan, hati.
Untuk itu mari kita cermati mengenai syirik yang tidak nyata dari makanan. Kenapa dari makanan haruslah kita lebih hati-hati ? Dalam Al-Qur’an di sebutkan mengenai kehati-hatian dalam memperhatikan makanan :
فَلْيَنْظُرِ الإنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.  (QS 80:24) 
dalam hadits dikatakan :
“Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. (Muttafaq ‘alaih) 
Dari makanan inilah yang akan menghasilkan darah dan menyebar keseluruh tubuh dan membentuk organ tubuh. Ini yang akan membentuk sifat manusia.
Dalam memakan makanan jangan sampai kita memiliki Halal, Haram, Hantam
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الأرْضِ حَلالا طَيِّبًا وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS 2:168)
Lalu yang manakah makanan itu yang harus kita perhatikan ?
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS 6:121)
Untuk itulah, setelah kita mengetahui untuk memperhatikan makanan dalam rangka mencapai tingkat keimanan, maka
فَكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ
Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. (QS 6:118)
Jika kita sudah mengetahui dan tetap tidak memperhatikan makanan dalam rangka beriman kepada ayat-ayat Allah, maka akibatnya adalah :
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS 7:40) 
Tidak dibukakan pintu-pintu langit yang dimaksud adalah tidak dikabulkannya do’a. Karena kita masih terlibat kepada sifat kekafiran dimana do’anya akan menjadi sia-sia, seperti firman Allah :
قَالُوا أَوَ لَمْ تَكُ تَأْتِيكُمْ رُسُلُكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا بَلَى قَالُوا فَادْعُوا وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلا فِي
Penjaga Jahanam berkata: “Dan apakah belum datang kepada kamu rasul-rasulmu dengan membawa keterangan-keterangan?” Mereka menjawab: “Benar, sudah datang”. Penjaga-penjaga Jahanam berkata: “Berdoalah kamu”. Dan doa orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka.(QS 40:50)
TUJUAN KITA BERIMAN
Tujuan kita beriman adalah untuk mencari Ridha Allah (senangnya Allah), seperti dalam Al-Qur’an :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS 98:7)
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS 98:8)
Pada QS 98:7, jelas bahwa bukan hanya sekedar beriman saja, tetapi perlu ada perbuatan (mengerjakan amal saleh). Ingat, syarat orang beriman adalah : Kata, Hati, Perbuatan harus sesuai contoh Rasulullah.
Jika Allah sudah senang kepada kita (Ridha), dan kitapun senang kepada Allah, apapun yang kita minta akan dikabulkan. Ini adalah janji Allah.
CIRI-CIRI/ TANDA-TANDA ORANG BERIMAN
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,(QS 8:2) 
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.(QS 8:3) 
أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS 8:4) 
Yang dimaksud pada QS 8:3, menafkahkan sebagian dari rejeki adalah dengan membayar Infak (minimal 2,5%) dari setiap rezeki yang kita terima baik itu dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah. Ini harus kita tanamkan dan harus kita lakukan. Bagaimana jika kita dalam keadaan senang saja tidak membayar infak, apalagi dalam keadaan susah?
Perintah infak ini dapat pula kita lihat pada :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang lalim. (QS 2:254)
Alokasi dari infak ini kita lihat pada :
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS 9:60)
SIKAP ORANG BERIMAN
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at.” (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS 2:285)
Dari surat diatas, maka sikap orang beriman :
Tidak membedakan Rasul-rasul-Nya, artinya semua Rasul adalah sama, tidak ada yang besar (contoh dalam pengucapan Nabi Besar Muhammad SAW, hal ini bisa berarti Nabi yang lain kecil) Sami’na wa atho’na (kami dengar kami taat/laksanakan)
Sikap orang beriman tidak sama dengan sikap orang yahudi, yaitu “kami dengar tetapi kami tidak melaksanakan”, seperti pada :
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلا يُؤْمِنُونَ إِلا قَلِيلا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa`ina” , dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS 4:46)
Demikian Kaji Diri kali ini, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang menjalankan aturan-aturan Islam secara kaffah (menyeluruh) atas dasar keimanan, dan mudah-mudahan apa yang kita kaji kali ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datangnya dari saya pribadi.
Wassalaamu’alaikum..

4 komentar:

  1. @Kaji diri :
    Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, atas kunjungan Kaji Diri pada http://alchemistrylover.blogspot.com/2012/03/wudhu-ibadah-indah-yang-sehat-dan.html .di blog saya. keadaan Suci lahir dan bathin merupakan dambaan bagi setiap insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Saat lahir kita kotor atau terkena nejis maupun saat berhadats kita bisa menyucikan lahir kita dengan berthoharoh sesuai dengan ilmu syariat atau fiqih yang telah dicontohkan oleh Nabi dan diajarkan oleh para ulama. Namun bagaimana saat bathin kita kotor??? bagaimana cara menyucikannya???
    @ sahabat Kaji Diri yang dirahmati Allah,, bathin akan menjadi kotor manakala seseorang berbuat dosa, bathin kita menjadi kotor manakala terkumpul penyakit-penyakit ruhaniah seperti sombong, hasud, kikir, pelit, iri, dan dengki. maka untuk membersihkannya kita harus rajin memohon ampun kepada Allah SWT dengan beristighfar, berdzikir, membaca al qur'an, sholat malam, shaum, berkumpul dengan orang-orang sholeh, dan rajin sedekah. maka insya allah kita akan mendapatkan ketenangan bathin, ketenangan bathin inilah yang menandakan bathin kita itu bersih. terima kasih, demikian jawaban singkat saya. (komarudin)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, walaupun jawaban anda singkat tapi memiliki isi yang sangat padat sekali saudaraku komarudin.

      Jadi lengkaplah uraian wudhu yang saudara sajikan baik dilihat secara lahir apalagi ditinjau dari ilmu kesehatan maupn secara bathin.

      Secara bathin inilah menurut hemat saya yg senantiasa kita jaga karena ini yang sering kita hadapi dalam bermuamallah. Tanpa sadar kita sering terlibat kedalam perbuatan itu.

      Ditinjau dari Hakikatnya, gerakan wudhu itu sendiri memiliki filosofi yang begitu tinggi sekali dari mulai membasuh telapak tangan hingga kaki yang tentunya ini berkaitan dengan pelaksanaan dalam kita bermuamallah tadi agar dapat menghindarinya.

      Insya Allah, dalam kesempatan lainnya, sayapun akan mengulas masalah wudhu yang ditinjau secara Hakikat dalam blog saya "Riungan Kaji Diri" dan jika dikolaborasikan dengan tinjauan saudaraku komarudin mengenai wudhu dilihat dari sisi ilmu kesehatan, mudah2an dapat memberikan manfaat khususnya buat kita dan umumnya buat saudara-saudara kita lainnya.

      Demikian saudaraku..haturnuhun..

      Hapus
  2. Aamiin...! saya begitu bahagia membaca kabar ini,, ditengah hiruk-pikuk kehidupan masih ada orang - orang yang berkenan dan menyempatkan diri untuk menulis seperti kaji diri. insya Allah segores pena dijalan Allah,, mudah-mudahan menjadi keberkahan,, senang bisa berjumpa (tapi maaf,, dengan apa saya harus memanggil,, ??? karena kaji diri bukan nama orang?? mudah2an bisa bertemu di dunia nyata!!!)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Subhanallah..
      Begitupun saya, Alhamdulillah dengan sarana informasi ini kita bisa manfaatkan untuk hal-hal positif dan inipun Insya Allah merupakan ibadah, merupakan bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT. Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai khalifah di bumi ini untuk senantiasa saling mengingatkan, saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran agar kita tidak termasuk orang-orang yang rugi.

      Memang benar yang anda katakan bahwa Kaji Diri bukan nama orang. Kaji Diri adalah nama kegiatan yg rutin setiap satu kali dalam seminggu saya ikuti dengan rekan-rekan dilingkungan rumah, yang hasil dari pada kegiatan tsb saya goreskan di blog ini.

      Nama saya sebenarnya adalah Andri Hermawan, yg memiliki kesamaan tanah kelahiran dengan anda, dan Insya Allah jika Allah menghendaki, apa yang anda inginkan dapat terwujud, kita bisa berlaturahim..

      Haturnuhun..

      Hapus