Selasa, 27 Maret 2012

MENCAPAI AL-ISLAM BERDASARKAN AL-IMAN (1)


“MENCAPAI AL- ISLAM


  BERDASARKAN AL- IMAN (1)”














بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Pada bahasan sebelumnya, kita telah membahas masalah apa itu Agama, apa itu Islam. Sudah jelas bahwa Agama Islam adalah Suatu Peraturan yang mendatangkan Kesejahteraan, Kemuliaan, Kerukunan dan Kedamaian, untuk diri, keluarga dan lingkungan.
Dalam menjalankan agama Islam agar tercapai Kesejahteraan, Kemuliaan, Kerukunan dan Kedamaian, untuk diri, keluarga dan lingkungan, dst, tidak cukup kita hanya dengan mengaku beragama Islam saja, tetapi diperlukan keimanan, karena yang diseru oleh Allah kepada kita adalah orang beriman agar masuk kedalam Islam secara keseluruhan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS 2:208)

Pada kajian sebelumnya pun sudah dijelaskan mengenai iman. Iman jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah percaya. Percaya ini haruslah tumbuh menjadi rasa cinta (Cinta kepada Allah). Untuk mencapai keimanan, tentu ada syarat-syarat yang harus kita penuhi, yaitu :
Orang beriman itu amat sangat cinta kepada Allah
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS 2:165)
Orang beriman =  Kata, Hati, Perbuatan, harus sesuai seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Ketiga kata itu merupakan satu kesatuan.
Dalam hadits dijelaskan :
“Iman adalah ma’rifat dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani dari Ali ra.)
Ada perkataan tetapi tidak dilakukan dengan perbuatan, ini yang disebut “KUFUR”.
Ada perkataan, ada perbuatan, tetapi tidak sesuai dengan hati, ini yang disebut “MUNAFIK”.
Ada perkataan, ada perbuatan, mengikat dalam hati, tetapi tidak sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah, ini yang disebut “BID’AH”.
Mengapa Kata, Hati dan Perbuatan harus sesuai seperti yang dicontohkan Rasulullah? Mari kita lihat pada Surat dan Ayat berikut :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 3:31)
Dari ayat tersebut, jika kita mencintai Allah kita harus mengikuti Rasulullah . Kenapa harus Rasulullah? maka dijelaskan kembali :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS 33:21)
Dari QS 33:21 dijelaskan bahwa pada “Diri Rasulullah”. Jadi yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah bukan kepada sorbannya, bangsa, negara, golongan, keturunan, budaya dan lain sebagainya. Namun dari dalam dirinya lah (akhlak) yang harus benar-benar kita teladani dan ikuti.
Yang manakah yang dimaksud pada Diri Rasulullah فِي رَسُولِ اللَّهِ ? kita lihat :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu`min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(QS 48:29)
Keras terhadap orang-orang kafir maksudnya adalah lebih kepada sifatnya, bukan kepada orangnya. Terutama adalah sifat kekafiran yang ada pada diri kita sendiri. Yang manakah sifat kekafiran itu ?
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS 2:6)
Masihkan kita mempunyai sifat ini? padahal sudah diberikan peringatan oleh Allah (Al-Qur’an) tetapi masih sama saja tidak beriman.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan sebagai bentuk peringatan bahwa dalam rangka kita menjalankan Islam, tidak harus mengejar kepada akhiratnya saja tanpa memikirkan dunia dan sebaliknya. Kita hidup di dunia tentu ada aturan-aturan yang harus kita patuhi juga agar kita tidak termasuk manusia yang diliputi kehinaan dimana saja berada, seperti :
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia , dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS 3:112)
Yang mana yang disebut ayat-ayat Allah?
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS 7:40)
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS 30:21)
Pada hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah sudah diberikan keimanan, dan dalam perjalanannyalah tinggal manusia itu sendiri yang harus menumbuhkan keimanannya itu, akan bertambah atau berkurang. Bertambahnya iman karena berbuat baik, berkurangnya iman karena berbuat maksiat (berbuat tidak baik/melanggar hukum Allah).
Sahabat Abu ad-Darda` Uwaimir al-Anshaari rahimahullah berkata,
الإِيْمِانُ يَزْدَادُ وَ يَنْقُصُ
“Iman itu bertambah dan berkurang.”
Dapat disimpulkan bahwa rasa keimanan itu harus tumbuh dari diri manusia itu sendiri dan bukan serta merta rasa keimanan itu harus menunggu datangnya  dari Allah. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa untuk menjalankan ajaran Islam dia menunggu datangnya Hidayah dari Allah dan inipun baru dilakukan setelah masa hidup mereka sudah mencapai usia tua.
Orang beriman itu jika datang seruan dari Allah, maka ia mendengar dan melaksanakan (sebagai bentuk ketaatan). Jangan sebaliknya seperti sifat yang dimiliki oleh orang Yahudi bahwa jika datang seruan dari Allah, maka ia mendengar tetapi tidak melaksanakan (tidak taat).
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur`an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta`at.” (Mereka berdo`a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS 2:285)
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata : “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan) : “Raa`ina” , dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS 4:46)
MENGAPA KITA BERIMAN ?
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS 2:21)
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS 2:22)
Karena bumi, langit dan segala isinya adalah ciptaan Allah. Kita tinggal dibumi Allah, kita hanya numpang di bumi Allah maka aturan-Nya harus kita ta’ati. Segala perintahNya harus kita laksanakan dan segala laranganNya harus kita tinggalkan.
Demikian Kaji Diri kali ini, mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang menjalankan aturan-aturan Islam secara kaffah (menyeluruh) atas dasar keimanan, dan mudah-mudahan apa yang kita kaji kali ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang benar datangnya dari Allah dan yang salah datangnya dari saya pribadi.
Wassalaamu’alaikum..

1 komentar:

  1. Jazaakillah khairon ukhti atas tambahan ilmunya . . .

    Ditunggu kunjungan baliknya http://windzhe.blogspot.com/

    @_@

    BalasHapus