Rabu, 15 Agustus 2012

PUASA RAMADHAN -bag 3-


NILAI-NILAI LUHUR yang DIKANDUNGNYA

S
emua uraian sebagaimana yang telah dilalui dan disajikan sebelumnya, ada baiknya kita resapi kembali atau bila perlu kita baca kembali secara perlahan dan dengan penuh penghayatan. Namun bila kiranya tidak merasa perlu, tidaklah mengapa, sebab berkaitan dengan uraian berikut merupakan beberapa evaluasi dan analisa yang dapat diambil nilai-nilai luhur yang dikandungnya, sebagai berikut :
Dengan Puasa Ramadhan, maka :

·      Senantiasa tetap mengevaluasi diri secara terus menerus berkesinambungan, sehingga apabila tiba Bulan Ramadhan ke Bulan Ramadhan berikutnya diiringi dengan berucap MARHABAN YA RAMADHAN dengan tulus ikhlas dari hati yang paling dalam.

·      Dalam mengevaluasi diri, selain rasa keimanan yang dimilikinya, diperlukan juga suatu ilmu agar ibadah yang kita laksanakan lebih bernilai dan bermakna. Begitu pentingnya ilmu, maka dalam Al-Qur’an dan Hadits dijelaskan : 

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58:11)


Cukup banyak Hadits yang menyinggung masalah ilmu : 

Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari)
“Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat” (HR. Bukhori)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali  (Shahih Tirmidzi)
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia dianggap sebagai orang yang berjihad fisabilillah sehingga ia kembali." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya." (Riwayat Muslim)
·      Menjadi diri pribadi yang dapat mengendalikan pola hidup bukan sebaliknya pola hidup yang mengendalikan dirinya. Mengendalikan pola hidup dari keinginan-keinginan hawa nafsu baik yang datangnya dari luar diri (godaan, cobaan, dll) maupun dari dalam diri sendiri. Dan bukan pula menjadikan pola hidup untuk puas-puasin diri.

·  Menjadi diri yang terus berupaya untuk  mencintai Allah dalam rangka menyandang IMAN.

·   Gelar keimanan yang sudah disandangnya, terus menerus dirawat bahkan ditambah keimanannya guna mencapai predikat TAQWA.

·    Senantiasa berkomitmen untuk menjadikan KATA, HATI, PERBUATAN menjadi satu barisan, dalam beribadah kepada Allah dan kepada sesama manusia (Hablumminallah wa hablumminannaas).

Itulah beberapa hasil evaluasi secara garis besarnya sebagaimana yang telah diuraikan pada kajian Puasa Ramadhan. Itupun sebetulnya jika diperhatikan dengan seksama, dari penjelasan-penjelasan yang menjadi sub judul, sudah diwakilkan akan nilai-nilai luhur yang dikandung dalam Ibadah Bulan Ramadhan.

Jika kesemuanya itu dapat direalisasikan maka cukup jelaslah arah Sabda Rasulullah berikut ini :

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: 

Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. (Shahih Muslim No.1793)
Diri kita sendirilah yang dapat menghantarkan dibukanya pintu-pintu syurga, diri kita sendirilah yang secara terus menerus untuk menutup rapat-rapat pintu neraka, dan diri kita sendirilah yang membelenggu, mengikat setan-setan dengan ikatan yang sekencang-kencangnya jangan sampai terlepas.

Makna dari kata Syurga adalah kebahagiaan, makna dari kata Neraka adalah keresahan, kebimbangan, was-was, kegelisahan, ketakutan, dll. Sedangkan makna dari kata Syetan adalah kejahatan. 

Dapat kita tarik benang merah dari makna Hadits itu bahwa dengan menjalankan puasa atas keimanan yang teguh disertai dengan ilmu sehingga mendapat gelar taqwa (semua yang menjadi syarat-syarat dan ketentuan dalam bahasan ini telah dilaksanakan), tentu kebahagiaan hidup akan diraih, tidak ada perasaan-perasaan negatif yang menghantui dirinya karena segala bentuk kejahatan sudah dibelenggu, terpelihara.

Selain nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Bulan Ramadhan yang telah disebutkan di atas, berikut adalah kandungan yang lainnya yang mungkin sudah sering kita dengar :

·      Bulan Ramadhan adalah bulan permulaan diturunkannya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an).

·      Adanya malam Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir yang ganjil, sehingga sebahagian dari kita banyak yang berlomba-lomba untuk meraihnya.

·      Dengan melaksanakan ‘Itikaf pada 10 malam terakhir tersebut.

·      Perintah membayar Zakat Fitrah sebelum Shalat Idul Fitri.

Dari beberapa point tersebut, sebenarnya kami ingin menguraikan makna-makna yang dikandungnya. Namun dengan segala pertimbangan dan keterbatasan, kiranya kami cukupkan dulu sampai disitu dan Insya Allah akan kami uraikan pada kesempatan yang lain.

Selanjutnya, kandungan lainnya dari Bulan Ramadhan adalah :

·      Sebagai Bulan Latihan / Bulan Pembakaran

Artinya jadikan Bulan Ramadhan ini untuk melatih diri, membakar diri agar kita dapat menjadi insan yang mulia. Sebenarnya yang paling penting adalah bahwa dibulan-bulan berikutnyalah sebagai ujian yang sebenarnya. Mampukah kita untuk mengaplikasikan apa yang telah kita jalani selama bulan Ramadhan. Disaat perut kita lapar, disaat mulut kita haus, kita bisa mengendalikan dari hawa nafsu, dan kita dapat merasakan bagaimana orang-orang yang lemah, yang menderita kelaparan dan kehausan. Seharusnya disaat perut kita tidak lapar, di saat mulut kita tidak haus, justru kita bisa lebih mengendalikan diri dari hawa nafsu dan lebih peka terhadap manusia yang lemah, yang serba kekurangan agar kita bantu meringankan beban penderitaannya sehingga kita menjadi manusia yang berjiwa sosial.

Pada umumnya manusia akan merasa jijik ketika melihat ulat. Namun setelah ulat itu berdiam diri, berproses menjadi kepompong (berpuasa) lalu menghasilkan kupu-kupu yang indah nan cantik warnanya, dapat dipastikan hampir semua orang menyukainya. Inilah sebagai perumpaman nyata yang Allah berikan di alam raya ini. Jika kita benar-benar menjalani Puasa Ramadhan maka tak ubahnya seperti kupu-kupu. Itulah maksud dari Firman Allah berikut :

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS 41:53)
·      Setelah menjalankan Puasa satu bulan penuh tibalah kita merayakan Idul Fitri.

Ada beberapa pemahaman yang memaknai Idul Fitri. Secara umum yang sering kita dengar adalah bahwa Idul Fitri itu bermakna Kembali kepada Fitrah (Suci). Sebagian yang lain menganggap bahwa makna ini bukan demikian.

Disini kami tidak mencampuri masalah perbedaannya, tetapi kami akan mencoba membuka tabir dari pemahaman yang sudah umum tersebut, yaitu Kembali Fitrah (Suci).

Setelah kita melaksanakan Bulan Ramadhan dengan benar, telah melalui proses pembakaran untuk menghapus dari dosa-dosa yang telah lalu, karena dalam menjalankannya telah sesuai dengan perintah-Nya, dalam melaksanakannya sesuai aturan-aturan-Nya, maka manusia akan kembali kepada Fitrahnya seperti semula layaknya “bayi yang baru lahir”, suci tiada dosa.

Makna dibalik perumpaman ini (seperti bayi yang baru lahir), memiliki suatu rangkaian proses yang serupa dengan Bulan Suci Ramadhan. Bila kita amati dan Survey membuktikan bahwa rata-rata usia bayi selama dalam masa kandungan adalah 9 bulan. Bulan Ramadhan dalam hitungan kalender Tahun Hijriah adalah jatuh pada bulan ke-9. Setelah lamanya dalam masa kandungan tersebut, lahirlah seorang bayi yang suci, tiada dosa dan hampir setiap orang dengan suka cita menyambut kelahirannya. Begitupun dengan Bulan Ramadhan, setelah selesai melewatinya layaknya seperti Bayi yang baru lahir, suci, Idul Fitri (Kembali Suci), Subhanallah.. ini bukanlah suatu yang kebetulan. Ini adalah suatu Majelis Akbar yang Allah perlihatkan kepada kita untuk dapat berfikir.

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS 41:53)
·      Bulan Ramadhan sebagai sarana dan sebagai bekal mempersiapkan diri untuk menuju ke Baitullah (Ibadah Haji).

 (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS 2:197)
Ayat diatas menggambarkan Ibadah Haji. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa bulan Ramadhan adalah bulan latihan dimana kita harus mengendalikan hawa nafsu, mengendalikan dari perkataan-perkataan kotor, dll, sehingga akan tercapai Taqwa dan itulah tujuannya. Kemudian Insya Allah jika kita mendapat kesempatan untuk beribadah haji, kita sudah memiliki bekal Taqwa yang dengannya setelah pulang dari Haji kita dapat menyandang Haji yang Mabrur (bukan haji yang kabur).
 
Dengan predikat Taqwa yang kita raih pada bulan Ramadhan dan sebagai bekal untuk beribadah haji, Insya Allah sepulangnya kita menyandang Haji Mabrur, kemudian dalam bermuamallah, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita jadikan pula taqwa ini sebagai pakaian :

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa  itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS 7:26)
Coba bayangkan seandainya masyarakat Indonesia yang beragama Islam melaksanakan dengan sungguh-sungguh Puasa Ramadhan kemudian setelah melewati Bulan Ramadhan, pada bulan-bulan berikutnya sampai dengan bertemunya kembali dengan Bulan Ramadhan, semuanya berkomitmen menjalankan perintah Allah, tentu bangsa ini menjadi bangsa yang sejahtera, mulia, rukun dan damai. Insya Allah...

Paling tidak, marilah kita mulai dari diri masing-masing (qu anfusakum), kemudian keluarga (wa ahlikum), kemudian lingkungan, dan seterusnya (dianalogikan seperti lingkaran pada obat nyamuk) untuk menjadikan Bulan Ramadhan ini sebagai momentum menuju bulan-bulan berikutnya, menuju tegaknya Diennullah sampai kehidupan dunia ini berakhir menuju kehidupan akhirat yang lebih kekal.


~~~~~ *** ~~~~~
 
 
D
emikian bahasan mengenai PUASA RAMADHAN SERTA NILAI-NILAI LUHUR YANG DIKANDUNGNYA, mudah-mudahan dengan kajian ini dapat memberikan manfaat untuk kita khususnya, keluarga, lingkungan dan masyarakat luas (masyarakat muslim) pada umumnya, Aamiin..

Kami menyadari bahwa baik dalam pemaparan, tulisan maupun tata bahasanya masih banyak terjadi kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. 

Dengan segala kerendahan hati, apabila ada kaidah-kaidah yang tidak berkenan dan apabila ada pihak-pihak yang memang tidak menerima dengan uraian ini, mohon kiranya dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada paksaan dari kami untuk langsung menerima bahasan ini.

Jika ada nilai-nilai kebenaran dalam uraian ini, hal tersebut datangnya dari Allah dan jika ada kesalahan-kesalahan dalam uraian ini, tentu datangnya semata-mata dari diri pribadi.

Insya Allah, jika Allah masih memberikan kesempatan, kami akan coba menguraikan bahasan-bahasan lainnya.

Salam dari kami...
Jakarta,  Juli 2012/Ramadhan 1433 H
a.n. Majelis Riungan’s Karismatiq
- HA -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar