Rabu, 15 Agustus 2012

PUASA RAMADHAN -bag 2-


SYARAT BERPUASA
S
yarat daripada berpuasa adalah iman, karena yang dipanggil untuk melaksanakan puasa adalah “Orang-orang yang Beriman” berdasarkan Surat Al-Baqarah (2) ayat 183. Kemudian syarat berikutnya adalah ihtisab (perhitungan yaitu dengan ilmu).

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda,

“Barang siapa yang berpuasa atas dasar iman dan ihtisab, hanya ingin mendapatkan balasan dari Allah, maka ia diampuni dosa-dosa yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai iman bahwa orang yang beriman itu sangat cinta kepada Allah. Kalau diri kita mengaku beriman, maka atas dasar inilah kita laksanakan puasa dengan sebaik-baiknya, kita dengar dan kita ta’at. Yang kita cintai telah menyerukan untuk berpuasa, tentu hati merasa gemetar dibuatnya dan bertambahlah cinta kita kepadaNya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S 8:2)
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.(Q.S 8:3)
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (ni'mat) yang mulia.(Q.S 8:4)


Bila kita tinjau lebih jauh mengenai iman, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar iman itu dapat dikatakan sempurna, yaitu :

·      Iqrar bil lisan (diucapkan dengan lisan)
·      Tasdiq bil qalbi (diyakini dalam hati)
·      'Amalun bil jawarihi (dilaksanakan dengan anggota badan)

Dalam hadits dijelaskan :

“Iman adalah ma’rifat dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani dari Ali ra.)
Kita mengaku beriman maka apa yang kita ucapkan (ikrar), ditanamkan kedalam hati, dan terlihat dalam perbuatan, sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah.

Oleh sebab itu, puasa yang berdasarkan iman adalah yang selalu mempuasakan lidahnya, hati dan perbuatannya, bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja sebagaimana Hadits yang telah dituangkan sebelumnya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak memdapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat (tarawih/malam) yang tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya melainkan hanya begadang." Hasan Shahih: Juga dalam At-Ta'liq, Al Misykah (2014).
Secara terperinci, mari sama-sama kita kaji mengenai Puasa Lisan (Kata), Puasa Hati, dan Puasa Perbuatan dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.

PUASA LISAN (PERKATAAN)
M
ulutmu Harimau-mu. Lidah lebih tajam daripada pedang. Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. 

Beberapa kalimat tersebut di atas adalah sebuah ungkapan atau istilah yang dapat diindikasikan bahwa begitu pentingnya kita harus dapat mengendalikan kata-kata yang diucapkan. Tidak sedikit munculnya perselisihan bahkan sampai terjadi peperangan diakibatkan dari kata-kata atau ucapan yang tidak dikendalikan.

Sudah semestinya dalam Bulan Suci ini, kita melatih untuk bertutur kata yang baik, tidak membuat orang lain tersinggung, mengatakan perkataan yang benar, tidak berbohong atau berdusta. Perkataan yang benar itu ialah perkataan yang sesuai dengan ajaran Islam yang telah diatur dalam Al-Qur’an, bukan perkataan yang menuruti hawa nafsunya. 


dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quraan) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS 53:3-4)
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Q.S 22:30)
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya puasa itu perisai. Maka jika salah seorang dari kamu berpuasa, jangan berkata keji dan kasar. Kalau dia dicela atau hendak diperangi seseorang, hendaklah ia berkata, sesungguhnya aku sedang berpuasa” (HR Bukhari – Muslim)
Dalam Hadits yang lain :
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor, jangan melakukan sifat-sifat kebodohan, jika ada seseorang yang bersikap bodoh kepadanya, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa '. " Shahih: Shahih Abi Daud (2045). Muttafaq 'Alaih.
Merujuk kepada ayat dan hadits yang telah diuraikan, tak bosan kami sampaikan  hendaknya perkataan yang kita ucapkan tidak menuruti hawa nafsu, bertutur kata yang baik dan sopan, perkataan yang diucapkannya adalah perkataan yang benar, tidak berbohong, tidak mengada-ngada. 

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS 33:70-71)
Subhanallah, sebenarnya Al-Qur’an telah memberikan penjelasan, mengapa kita harus mengendalikan lisan/perkataan dengan berkata yang benar, tidak disertai dengan hawa nafsu, maka hasil daripada hal tersebut :

1.    Allah akan memperbaiki ‘amalan-‘amalan dan mengampuni dosa-dosa kita. Inilah yang disebut “bulan penuh ampunan (maghfiroh)”.

niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta`ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS 33:71)
2.    Allah memberikan rasa aman (tidak ada kekhawatiran) akan kesejahteraan anak-anak atau generasi berikutnya yang kita tinggalkan.
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS 4:9)
3.    Allah memberikan beberapa perumpamaan laksana pohon yang baik dan pohon yang buruk.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS 14:24-27)
Berkenaan dengan inilah (perkataan yang baik), Rasulullah bersabda :

Bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya misik (minyak wangi paling harum di dunia). (HR. Bukhari)
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah ‘azza wajalla berfirman; ‘Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi.” (HR. Muslim no. 1945)
Sebagai ekses dari terpeliharanya perkataan yang bohong, keji, kasar, kotor, sudah pasti perkataannya benar/tidak berdusta, tutur kata yang diucapkannya baik, lembut, maka dijamin orang yang mendengarnya pun ikut bahagia dan senang karena tidak ada yang tersakiti. Itulah maksud perumpamaan dari Hadits di atas bahwa bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum dari wangi misik. Sebaliknya, jika kita tidak dapat mengendalikan perkataan dan masih terlibat kepada perkataan bohong/berdusta, maka Rasulullah bersabda :

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata : Sesungguhnya Nabi saw. telah bersabda : Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan amalan kebohongan, maka tidak ada bagi Allah hajat (untuk menerima) dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. (H.R: Jama'ah Kecuali Muslim)
Pada Hadits lainnya :
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan kotor, sifat-sifat kebodohan, dan melakukan hal itu, maka Allah tidak akan mempedulikannya makan dan minumnya (puasa)." Shahih: At-Ta'liq Ar-Raghib (2/97), Shahih Abi Daud (2054). Bukhari
Dari ke-dua Hadits tersebut, dapat dipahami bahwa Allah tidak merasa perlu memberi pahala puasanya jika kita masih berkata dusta. Sangat disayangkan apabila kita masih melakukannya karena Puasa yang kita jalani hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. 

Mari kita renungkan bersama apakah kita masih melakukan seperti itu? Kami yakin, buat kita yang mengaku sudah beriman tentu didalam hati sanubarinya mengatakan tidak mau termasuk orang-orang yang berkata dusta. Tidak mau puasa yang dijalankannya hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Setiap diri pastinya berharap bahwa puasanya akan diterima oleh Allah SWT dan kelak dapat dijadikan tabungan pahala agar meraih syurgaNya. Jika demikan yang diharapkan maka BUKTIKANLAH, TIDAK ADA DUSTA DIANTARA KITA ...
 
PUASA HATI (QALBU)
K
etahuilah, bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, jika segumpal darah itu baik, maka seluruh tubuh akan menjadi baik, tetapi jika segumpal darah itu rusak, maka seluruh tubuh itu akan rusak. Ketahuilah! Bahwa yang demikian itu adalah hati. (Al-Hadits)

Keterkaitan dari sabda Rasulullah diatas dengan Al-Qur’an yaitu :

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS 91:7-10)
Itulah yang menjadi tolok ukur baik buruknya manusia yaitu dari hatinya. Dengan hati yang bersih maka akan terbentuk jiwa yang kuat, membentuk jiwa yang tenang, tidak resah, gelisah, was-was, takut menghadapi berbagai macam godaan dan cobaan. Dengan jiwa yang tenang inilah apabila malaikat kematian datang menjemput, jiwa ini telah siap, hati ini puas untuk kembali kepadaNya. 

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS 89:27-30)
Terkadang kita mungkin terlupa bahwa setiap saat kematian mengintai kita. Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Celakanya, kita tidak akan pernah tahu kapan kematian atau ajal itu menjemput. Kalau hari ini kita sudah diingatkan dan sudah ingat kembali bahwa yang namanya  kematian itu pasti akan terjadi, lalu apa yang menjadi bekal kita untuk dikehidupan berikutnya yang kekal ?
Untuk itu berkenaan dengan Bulan Suci Ramadhan dan agar kita tidak celaka, marilah kita jauhi sifat-sifat seperti iri, dengki, sombong dll. Kita latih hati ini untuk menahan diri dari sifat-sifat dan keinginan-keinginan yang tiada berguna tersebut sebagai bukti kalau kita takut akan kebesaranNya. 

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (QS 79:40)
Maka hasil daripada menahan diri dari keinginan nafsunya, pada ayat berikutnya, (inilah yang diisyaratkan bahwa bulan puasa didalamnya memiliki kemuliaan sehingga terbebas dari api neraka/mendapat syurga).

maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS 79:41)
Kemudian bagaimanakah cara agar hati ini terhindar dari keinginan-keinginan yang tidak berguna? Al-Qur’an telah menjawabnya yaitu dengan banyak mengingat dan menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya agar hati menjadi tentram. 

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS 13:28)
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (QS 33:41-42)
Lalu pada ayat berikutnya : 

Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (QS 33:43)
Lagi-lagi sebenarnya kita sudah diberitahukan oleh Allah akan keutamaan Bulan Ramadhan dan dapat melihat hasilnya dengan melakukan Puasa Hati, (sesuai QS 33:43) yaitu :

·      Allah memberikan rahmat kepada kita (bulan penuh rahmat)
·      Malaikat memohonkan ampunan untuk kita (bulan penuh ampunan)
·      Allah mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya yang terang. Ini dapat kita artikan pula dari rasa resah, gelisah (Nar) kepada rasa aman, tenang dan bahagia (Syurga)/ terbebas dari api neraka.

Dengan hati yang bersihlah sebagai kesiapan agar Al-Qur’an turun (Nuzul) ke dalam hati kita sehingga atas izin Allah kita mengetahui mana yang terang (haq) mana yang gelap (bathil).

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS 14:1)
Setelah kita sudah mengetahui cara agar hati ini terhindar dari keinginan-keinginan yang tidak berguna  yaitu dengan cara mengingat Allah, lalu dengan ber-dzikir sebanyak-banyaknya, kemudian kitapun harus memperhatikan bagaimana etika atau adab atau tata cara ketika menyebut nama Allah.

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS 7:205)
Allah Maha Mendengar, mendengar semua hambaNya dari perkataan yang belum terucap maupun yang sudah terucap. Allah tidak tuli (kalau dialek dalam bahasa betawi, Allah tidak budeg)

Sudah cukup jelas yang diperintahkanNya bahwa dalam menyebut nama Allah (Dzikir), cukup dilakukan dalam hati, tidak perlu dengan mengeraskan suara. Jika kita tidak menta’atinya tentu dapat dikatakan kita tidak merasa takut, kita termasuk orang-orang yang lalai. Bukankah sebelumnya sudah dibahas mengenai bagaimana orang yang beriman itu? “Kami mendengar dan kami ta’at”. Janganlah seperti kaum Yahudi, dia mendengar tapi tidak mau mentaatiNya.

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS 4:46)
Tidak ada lagi bantahan, tidak ada lagi alasan untuk mencari pembenarannya dengan menuruti hawa nafsunya. Bagaimana perumpamaan hawa nafsu itu? Apa jadinya jika kebenaran disertai dengan hawa nafsu? (silahkan baca kembali ke atas). Lantas (seperti yang dijelaskan dalam QS 7:205), yang manakah orang-orang yang lalai itu?  
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS 7:179)
Ber-dzikir memang diperintahkan oleh Allah, namun jika perintah itu kita laksanakan dan dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan, maka kita termasuk orang-orang yang zalim dan berbuat kefasikan, Naudzubillah...

Lalu orang-orang yang lalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik. (QS 2:59)
Selain ber-dzikir, permasalahan lainnya yang masih berkaitan dengan perintah dalam beribadah dimana masih sering kita jumpai ditengah-tengah masyarakat kita yaitu ketika adab/tata cara membaca Al-Qur’an.

Bulan Ramadhan merupakan moment yang tepat untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an yang dilakukan bersama (Tadarus). Disini kami tidak mempersoalkan masalah tadarusnya, akan tetapi menyoroti masalah adab/tata cara membaca Al-Qur’an ketika dilakukan secara bersama-sama. Padahal jika kita mau menelaah firman Allah berikut ini :

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quraan ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS 41:26)
Mencermati dari QS 41:26, sangat jelas sekali ayat tersebut diperuntukkan untuk orang-orang kafir. Akan tetapi yang musti kita pahami betul-betul, kita introspeksi diri, kita renungkan dan kita terima dengan pikiran dan hati yang bersih bahwa  apabila kita pun melakukan hal demikian maka kita sendiri tak ubahnya seperti mereka. Kita membaca Al-Qur’an secara beramai-ramai, saling dahulu-mendahului (sesasama bis kota saja dilarang saling mendahului) sehingga suasananya menjadi hiruk-pikuk dibuatnya.

Kita yang mengaku sudah beriman sudah pasti tidak akan mau disebut orang kafir. Tapi ironisnya jika melihat fenomena yang terjadi seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa masih banyak umat Islam sendiri yang mengaku beriman tetapi masih terlibat kepada perbuatan itu. Kita masih mengabaikan aturan-aturan dari Allah yang sudah jelas semua itu adalah sebagai suatu peringatan untuk kita sebagai manusia khususnya buat kita yang mengaku beriman.

Allah telah memberikan solusi mengenai tata cara yang terbaik dan paling baik, yaitu :

Dan apabila dibacakan Al Qur`an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS 7:204)
Sekali lagi yang ditekankan disini adalah, kami bukan mempersoalkan tadarusnya selama dilakukan dengan tata cara yang sudah diatur oleh Allah SWT. Lakukanlah tadarus/membaca Al-Qur’an secara satu persatu, sambil yang lainnya mendengarkan agar baik yang membacanya maupun yang mendengarkannya akan mendapat Rahmat dari Allah SWT. Inilah Faedah Bulan Ramadhan, Bulan Penuh Rahmat.

Itulah sekelumit permasalahan yang kiranya perlu untuk diingatkan dan diluruskan, tentu bukan dari hawa nafsu yang kami kedepankan, tetapi Al-Qur’an lah yang menjelaskan itu semua. Selanjutnya mari kita kembali kepada bahasan semula.

Dimanapun, kapanpun, dalam keadaan apapun, tidak ada yang menghalangi kita untuk mengingat Allah.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS 3:190-191)
Apabila kita mengingat Allah, tentu Allah-pun akan mengingat kita dan disamping itu hendaknya kita bersyukur.

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS 2:152)
Insya Allah, karena kita sering mengingatNya dan bersyukur, Allah pun ingat kepada kita, maka Allah memberikan Rahmat kepada hambaNya. Rahmat yang Allah berikan kepada hambaNya adalah melalui hatinya. Al-Qur’an itulah berupa rahmat yang telah diturunkan oleh Allah.

Hasil dari Rahmat yang telah diberikan oleh Allah sebenarnya dapat dilihat dan dapat dirasakan oleh kita, akan tetapi pertanyaannya adalah, “sudahkah kita berlaku demikian?” 

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal (QS 3:159)
Berbicara masalah hati manusia, kami rekomendasikan untuk membaca buku/kitab “Keajaiban Hati” karya Imam Al-Ghazali karena pada buku tersebut mengungkapkan rahasia-rahasia hati secara lebih terperinci. Alasan kami memberikan rekomendasi tersebut bahwa apa yang diuraikan dalam buku itu sungguh memberikan pencerahan yang begitu mendalam, syarat dengan ilmu karena menurut hemat kami, beliau (Imam Al-Ghazali) adalah salah satu hamba Allah yang telah diberikan dan dibukakan pemahaman akan Ilmu yang tidak terlepas dari Al-Qur’an dan Hadits.

Dalam Al-Qur’an, bukankah Allah pun telah memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang-orang yang memiliki ilmu?

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS 21:7)
Guna pelengkap dan tambahan ilmu buat kita, Insya Allah kajian mengenai “Keajaiban Hati” dan kajian-kajian lainnya yang mudah-mudahan bermanfaat, akan kami sajikan pada akhir pembahasan materi ini. Selanjutnya mari kita lanjutkan mengenai Puasa Ramadhan.

PUASA PERBUATAN
M
engutip dari salah satu rangkaian kalimat didalam buku Keajaiban Hati, bahwa perbuatan yang kita lakukan adalah sebagai penjelmaan dari cahaya hati, kejahatan-kejahatan yang diperbuat merupakan pantulan sinar gelap yang membekas di hati. 

Tanpa mengurangi dan melebihi dari bahasan itu kiranya perlu juga untuk senantiasa diingatkan secara terus menerus bahwa jika kita masih terlibat kepada perbuatan yang melanggar aturan-aturan dari Allah, maka semua ‘amal/perbuatan yang kita lakukan akan terhapus dan menjadi sia-sia. Bentuk perbuatan yang melanggar aturan-aturan dari Allah, itulah yang namanya “syirik” (menyekutukan Allah). Orang yang berbuatnya disebut “musyrik”.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS 39:65)
Di awal sudah dijelaskan mengenai “niat” bahwa hendaknya semua yang kita lakukan harus ikhlas/murni karena Allah. Artinya segala bentuk perilaku, tindak-tanduk, perbuatan kita harus memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya sebagai konsekuensi yang telah kita ucapkan dan kita tanamkan dalam hati.

Oleh sebab itu tak bosan kami sampaikan, marilah pelajari diri kita (Kaji Diri) dengan Al-Qur’an sebagai pedomannya, apa saja perbuatan-perbuatan yang tanpa disadari kita masih terlibat didalamnya, kemudian dipahami dan setelah itu di‘amalkan, agar kita layak disebut sebagai salah satu diantara orang-orang yang beriman. 

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS 23:1-11)
Teruntuk orang-orang yang beriman, berikut adalah beberapa seruan dari Allah agar menjauhi perbuatan-perbuatan sbb :

·      Jangan suka merendahkan, melecehkan, mengejek orang lain, dsb.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS 49:11)
·         Jangan suka berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain, bergunjing.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS49:12)
Dalam Hadits Rasulullah bersabda :
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah kalian saling hasut, saling najsy (memuji barang dagangan secara berlebihan), saling benci, saling berpaling, dan janganlah sebagian di antara kalian berjual beli kepada orang yang sedang berjual beli dengan sebagian yang lain, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menganiaya, tidak mengecewakannya, dan tidak menghinanya. Takwa itu ada disini -beliau menunjuk ke dadanya tiga kali- Sudah termasuk kejahatan seseorang bila ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim bagi muslim lainnya adalah haram baik darahnya, hartanya dan kehormatannya." Riwayat Muslim.
·         Jangan suka menyebut-nyebut apa yang sudah kita sedekahkan apalagi sampai menyakiti hati sipenerima (Riya’)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS 2:264)
Dari Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil: yaitu riya." Riwayat Ahmad dengan sanad hasan.
Larangan-larangan yang telah disajikan di atas, itu semua dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Atau bahkan kita sendiripun masih suka melakukannya?

Katakan Tidak pada Kemusyrikan, itulah yang harus selalu dikumandangkan  bagi orang-orang yang beriman. Karena kita sadar bahwa semuanya itu dapat merugikan kita, semuanya itu dapat menghapuskan semua ‘amal ibadah yang telah kita lakukan dan menjadi sia-sia.    
    
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia , maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS 18:103-106)
Semua yang terdapat di alam raya ini adalah ayat-ayat Allah. Beberapa ayat-ayat Allah yang sering kita temui adalah dalam rumah tangga seperti orang tua, kakak, adik, keponakan, om, tante, anak, pasangan hidup kita (bagi yang sudah berkeluarga), dsb. 

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS 30:21)
Ayat yang kami sajikan adalah salah satu contohnya yaitu pasangan hidup. Jika kita berlaku kasar, membohongi, mencaci maki dan lain sebagainya kepada pasangan hidup, itu sama artinya kita telah berbuat jahat kepada Allah. Padahal Allah menciptakan pasangan agar kita merasa tenteram berada disisinya yang dengan hal ini akan terbentuklah menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah.

Kami menyajikan contoh ini khususnya buat kami sendiri agar senantiasa diingatkan, dalam rangka untuk mengoreksi dan memperbaiki diri bagaimana memperlakukan pasangan, anak ataupun yang lainnya dengan tidak berlaku semena-mena. Begitupun harapan kami secara umum agar dapat diterapkan oleh kita yang mengaku sudah beriman.

Hal ini perlu sekali disadari, direnungi secara hikmat oleh kita karena jika masih diabaikan maka  

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS 7:40)
Itulah peringatan dari Allah yang mendustakan ayat-ayatNya. Bagaimana mungkin Allah akan menerima do’a kita apalagi mengabulkannya (tidak dibukakan pintu langit) jika kita masih ingkar kepada ayat-ayatNya. Bagaimana mungkin tercipta suatu rumah tangga yang bahagia (Baiti Jannati) jika kita masih ingkar terhadap ayat-ayatNya. Sungguh sangat mustahil dan tidak akan mungkin terjadi seperti apa yang telah diumpakan dalam ayat tersebut (hingga unta masuk ke lubang jarum).


Kemudian hal yang tak kalah penting dan perlu diperhatikan masalah perbuatan yang sia-sia, yang masih sering dijumpai ditengah-tengah masyarakat kita adalah mengenai Do’a Panjang Umur dan Makanan.

Sering kedua perbuatan tersebut (do’a panjang umur dan makanan) kami tuangkan dalam bahasan-bahasan kami yang lain. Tidak bosan-bosannya hal ini kami lakukan secara berulang-ulang karena tak lain dan tak bukan adalah untuk saling mengingatkan karena hal ini perlu dan bermanfaat. Jika tidak begitu kita ini akan termasuk orang-orang yang rugi. 

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS 103:1-3)
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (QS 88:21)
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfa`at, (QS 87:9)
Perlu kiranya dituntut kehati-hatian dan dituntut pula suatu pemikiran yang positif dan pemahaman yang bijak dalam menyikapinya. Sepintaslalu memang kedua masalah tersebut terlihat begitu sepele, tapi inilah kenyataannya yang sering dijumpai, kita sering dibuat lengah. INGAT !! kita sudah berniat karena Allah jadi kita harus betul-betul melaksanakan aturanNya secara ikhlas, kalau kita mau disebut sebagai orang yang beriman. Sepele menurut pemikiran dan hawa nafsu kita, tetapi lain halnya menurut Al-Qur’an.

Untuk itu, mari kita coba lihat lagi satu per satu dari kedua masalah tadi untuk selanjutnya kita kaji melalui Al-Qur’an dan Hadits.

a.     Do’a Panjang Umur
D
o’a memanglah perintah dan kewajiban bagi setiap muslim karena do’a merupakan intinya ibadah. Apalagi berdo’a dalam Bulan Ramadhan yang kita ketahui bahwa “besar kemungkinan” do’a kita akan di kabulkan oleh Allah SWT.

Dalam hadits Rasulullah bersabda :
Do’a adalah inti sarinya ibadah. (HR. Tirmidzi). 

Do’a adalah senjatanya seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la).
 “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala selain do’a” (HR. Ahmad no. 8733.  Syu’iab Al Arnauth berkata bahwa hadits ini hasan).
Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufradno.714.
Dalam ayat lainnya dijelaskan : 

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. 2:186).
Berkenaan QS 2:186 diatas, yang menjelaskan masalah do’a, bila kita perhatikan dan cermati secara seksama bahwa ayat ini (2:186) diapit oleh ayat-ayat mengenai Puasa (ayat 183-185 puasa ; ayat 186 do’a ; 187 puasa). Begitu pentingnya do’a apalagi dilakukan (dan sangat dianjurkan) dalam Bulan Ramadhan, itulah makna yang terkandung dari ayat 186 yang diapit oleh ayat mengenai puasa.

 TUNGGU DULU... sebenarnya dari QS 2:186 ada kelanjutannya, jangan cukup hanya disitu kita membacanya dan inilah kelanjutannya.

“... maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS 2:186)
Salah satu kalimat diawal yang kami tulis “besar kemungkinan”, seolah-olah ada keraguan. Kenapa tulisan itu tidak dihilangkan menjadi “Apalagi berdo’a dalam Bulan Ramadhan yang kita ketahui bahwa do’a kita akan di kabulkan oleh Allah SWT”.

Alasan kami menuliskan seperti itu adalah dengan mencermati dari kelanjutan QS 2:186. Jadi ada syarat dari Allah yang harus kita penuhi agar do’a kita di kabulkan. Tentu syaratnya adalah seperti yang termaksud dalam surat tersebut yaitu IMAN. Untuk itulah ayat mengenai Puasa diawali dengan seruan dari Allah bagi orang-orang yang beriman (QS 2:183) dan hal ini saling kait-mengkait dengan bahasan yang lainnya agar do’a kita terkabul.

Bahasan diawal mengenai PUASA PERBUATAN, telah dijelaskan bahwa jika kita masih terlibat dalam perbuatan menyekutukan Allah (musyrik) maka semua ‘amal yang kita lakukan akan terhapus dan ini menjadikan kita termasuk orang-orang yang merugi. 

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS 39:65)
Disinilah lagi-lagi dibutuhkan peran pentingnya suatu ilmu. Dengan ilmu maka kita akan mengetahui bahwa apakah perbuatan do’a panjang umur itu diperbolehkan dalam Islam?

Sekali lagi kami tuliskan bahwa do’a merupakan ibadah yang pokok dan merupakan perintah Allah ~ Namun sebagai catatan ~ apabila dalam melaksanakan perintah itu didalamnya terdapat sesuatu yang tidak diperintahkan, maka dalam Al-Qur’an disebutkan termasuk orang-orang yang zalim karena berbuat kefasikan.

Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik. (QS 2:59)
Oleh sebab itu mengenai do’a panjang umur apakah diperbolehkan atau tidak dalam aturan Islam maka harus kita lihat juga ayat-ayat yang lain apakah bertentangan atau tidak. Mari kita lihat firman Allah berikut :

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS 2:96)
Dari ayat tersebut, rasanya cukup dijelaskan bahwa manusia yang menginginkan panjang umur itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Dan bukan hanya itu bahwa manusia yang menginginkan panjang umur adalah manusia yang paling loba (bisa disebut juga dengan serakah) bahkan lebih loba lagi dari orang-orang musyrik. Apakah ayat ini dapat diindikasikan bahwa diperbolehkannya meminta panjang umur?

Untuk lebih dapat meyakinkan supaya kita tidak ragu lagi akan masalah do’a panjang umur ini, karena mungkin dilain pihak ada beberapa yang membolehkan selama dalam do’a tersebut disisipkan dengan ketaatan beribadah kepada Allah sehingga perbuatan itu dipandang baik (padahal yang baik itu belum tentu benar), coba kita simak hadits dan ayat berikut :

Berdasarkan hadits Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Ya Allah, panjangkanlah (umurku) dengan suamiku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dengan ayahku Abu Sufyan, dan dengan saudaraku Mu’awiyah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
“Engkau telah meminta kepada Allah ajal yang telah pasti, dan rezeki yang telah dibagi. Seandainya engkau meminta kepada Allah untuk memasukkanmu ke dalam jannah dan menyelamatkanmu dari neraka (maka itulah yang lebih baik, ed.).”

Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam menganjurkan kepada Ummu Habibah, yang tatkala itu meminta panjang umur agar berdo’a yang lebih baik dan mulia yaitu berdo’a agar dijauhkan dari siksa kubur dan dari adzab Neraka. (HR Muslim, Kitab al Qadr, Bab Bayan Annal Aajal wal Arzaaq Wa Ghairaha La Tazied Wa La Tanqush ‘Amma Sabaq Bihil Qadr, no: 33)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu`min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu`min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS 33:36)

niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". (QS 71:4)

Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang) nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS 16:1)

Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS 35:11)

Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS 36:68)
Itulah beberapa penjelasan mengenai Panjang Umur, bahkan dalam ayat yang lain dijelaskan mengenai permohonan Iblis kepada Allah agar diberi tangguh :

Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". (QS 7:14)

Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan, (QS 15:36)

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan". (QS 38:79)
Apakah artinya jika kita memohon panjang umur tidak menyerupai perbuatan Iblis yang meminta untuk diberi tangguh? Kami rasa justru sebaliknya, bahwa perbuatan itu (do’a panjang umur) adalah perbuatan yang menyerupai iblis (yang meminta untuk diberi tangguh) dan tentu kita tidak akan pernah mau disebut IBLIS LAKNATULLAH bukan? Naudzubillah..

Dari beberapa keterangan diatas, kami rasa sudah cukup jelas sejelas-jelasnya, dan kami berharap sekali, tinggalkanlah perbuatan itu. Ini kami sampaikan bukan semata-mata karena hawa nafsu tapi itulah yang tertulis dalam Al-Qur’an. Apakah kita masih saja ragu dibuatnya? Padahal Al-Qur’an adalah petunjuk buat orang-orang yang bertaqwa dan tidak ada keraguan akan isi didalamnya.

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS 2:2)
Setelah sudah tidak ada lagi keraguan mengenai do’a panjang umur ini, kita tidak perlu tersentak apabila ada yang menggunakan Hadits ini :

“barang siapa yang menyukai dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Secara kontekstual, hadits ini mengisyaratkan bolehnya kita memohon panjang umur. Hadits ini pulalah yang banyak dipakai sebagai dalil untuk memperkuat dan dijadikan acuan dibolehkannya meminta panjang umur.

Hadits ini benar adanya, tidak ada yang salah dalam isinya. Tapi menurut hemat kami bahwa ada sedikit kekeliruan dalam memahaminya. Hadits itu bukanlah tertuju kepada “do’a” panjang umurnya tetapi tertuju kepada “perbuatannya” akan silaturahmi yang mengakibatkan panjang umur. Pengertian daripada panjang umur disinipun tidak serta merta akan merubah ketetapan Allah tentang ajal (umur) kita, namun mengandung pengertian bahwa jika kita bersilaturahmi tentu dalam keadaan sadar, bergerak dinamis (hidup) artinya tidak sedang tidur. Tidur itu adalah sebagian daripada kematian karena kita tidak sadar, tidak bergerak (mati). Bagaimana mungkin orang yang sedang tidur dapat bersilaturahmi ? Dengan bersilaturahmi, tentu panjanglah umur kita (masih hidup).

Ketika kita sedang tidur, yang merupakan bagian dari pada mati Allah memegang jiwa kita. Jikalau umur kita sudah ditetapkan pada saat kita tidur, Allah menahan jiwa itu. Tapi jika umur kita belum ditetapkan untuk mati ketika kita sedang tidur, maka Allah melepaskan jiwa kita.

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS 39:42)
Jadi dalam memahami Hadits tersebut mengenai panjang umur jika dikaitkan dengan berdo’a memohon panjang umur, menurut hemat kami kuranglah tepat. Konteksnya sudah berbeda bukan tertuju kepada do’a yang dipanjatkan atau dimohonkan.

Ada yang lebih berkesan dan sangat bermakna sekali faedahnya dalam mempraktekkan Hadits tersebut, (ada baiknya kami tayangkan kembali Haditsnya)

“barang siapa yang menyukai dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Yaitu dengan Bangun Malam untuk melaksanakan Sholat Tahajud. Kita bersilaturahim, menyambung tali kasih sayang kepada Allah Yang Maha Pemberi Rezki agar dilapangkan rezki kita. Dengan begitu sudah tentu kita panjang umur karena kita terbangun dari tidur.

b.     Makanan
S
ebagai seorang muslim yang mengaku beriman, dimungkinkan melaksanakan baik itu shalat wajib maupun shalat sunnah. Setiap rakaatnya sudah pasti membaca Surat Al-Fatihah karena ini termasuk syarat syahnya shalat. Salah satu ayat yang diucapkan dalam bacaan Al-Fatihah adalah :

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan (QS 1:5)
Pernahkan kita sadari bahwa ayat tersebut merupakan bentuk pengukuhan diri dan janji yang kita ucapkan kepada Allah? Jika kita masih ingat bahwa syarat sempurnanya iman seseorang itu adalah harus ada perkataan, hati dan perbuatan? secara hati dan perkataan sudah kita lakukan, yaitu dengan membaca surat dan ayat tsb ketika shalat. Lalu bagaimana halnya dengan bentuk perwujudan dari ucapan tadi jika hanya Allah-lah yang kita sembah?

Salah satu bentuk perwujudannya dan menjadi hal yang paling mendasar sebagai bukti hanya kepada Allah-lah kita menyembah adalah dari makanan. 

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni`mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS 16:114)
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS 2:172)
Itulah bukti perwujudannya kita menyembah kepada Allah, dan selain itu juga sebagai bukti kalau kita beriman kepada ayat-ayatNya.
Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. (QS 6:118)
Mungkin kitapun pernah mengetahui, atas dasar apa Nabi Adam dan Siti Hawa diusir oleh Allah SWT dari syurga ke bumi? Itu dikarenakan mereka memakan buah khuldi yang telah dilarang. Itu adalah kisah Nabi Adam, yang dengan kisah itu kita ambil pelajaran darinya. Oleh sebab itu, sudah seharusnyalah dan marilah kita memperhatikan makanan.

maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS 80:24)
Badan/raga kita terbentuk dari organ-organ tubuh. Organ-organ tubuh ini sudah pasti memerlukan asupan makanan supaya tumbuh dan berkembang dengan baik yang disebarkan melalui jalannya/aliran darah. Sementara itu bersih kotornya darah terjadi dari makanan yang kita makan. Apabila makanan itu kotor sudah pasti darahnya itu kotor. Kemudian jika darahnya itu sudah kotor maka akan berdampak kepada hati yang kotor. Apabila hati telah kotor maka dimungkinkan menjadi jahatlah perbuatannya. Perbuatan jahat adalah perbuatannya syaitan. Itulah yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah.

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS 2:168)
Rasulullah bersabda :

"Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. (Muttafaq 'alaih)
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda :
Dari an-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan sesungguhnya apa-apa yang haram itupun jelas pula. Di antara kedua macam hal itu -yakni antara halal dan haram- ada beberapa hal yang syubhat -samar-samar atau tidak diketahui secara pasti halal dan haramnya-. Tidak dapat mengetahui apa-apa yang syubhat itu sebagian besar manusia. Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat, maka ia telah melepaskan dirinya dari melakukan sesuatu yang mencemarkan agama serta kehormatannya. Dan barangsiapa yang telah jatuh dalam kesyubhatan-kesyubhatan, maka jatuhlah ia dalam keharaman, sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembala di sekitar tempat yang terlarang, hampir saja ternaknya itu makan dari tempat larangan tadi. Ingatlah bahwasanya setiap raja itu mempunyai larangan-larangan. Ingatlah bahwasanya larangan-larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan olehNya. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah beku, apabila benda ini baik, maka baiklah seluruh badan, tetapi apabila benda ini rusak -jahat-, maka rusak -jahat- pulalah seluruh badan. Ingatlah bahwa benda itu adalah hati." (Muttafaq 'alaih) Imam-imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits di atas dari beberapa jalan, pula dengan lafaz-lafaz yang hampir bersamaan.
Cara untuk mempersempit masuknya syaitan melalui makanan adalah dengan berpuasa, yang dengan hal ini maka seperti yang pernah kami tulis bahwa dengan Puasa inilah sebagai salah satu untuk kesiapan hati menjadi suci, sehingga dapat menghilangkan kotoran/najis yang menempel di dalam diri.

“Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darahnya, maka sempitkanlah jalan masuknya dengan puasa”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Jika badan dan hati ini telah suci maka akan membentuk sifat, karakter, tabiat kita sebagai manusia dan akan menjadi suatu pondasi diri dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Dari makanan ini rupanya memiliki peranan penting dalam menentukan pribadi-pribadi manusia menjadi pribadi yang Islami.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan pula dari makanan adalah harus dilihat dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut :

·      Cara Penyembelihannya :

Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya. (QS 6:118)
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya . Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.  (QS 6:121)
Selain makanan, tentu minumannya pun harus kita perhatikan :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.  (QS 5:90) 
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).  (QS 5:91)
·      Cara Mendapatkannya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS 4:029)
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS 2:188) 
·      Adab atau Etika

Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS 20:081) 
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS 7:031) 
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS 17:027)
Rasulullah bersabda :
"Tiada seorang anak Adam (manusia)pun yang memenuhi sesuatu wadah yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah anak Adam (manusia) itu makan beberapa suap saja yang dapat mendirikan (menguatkan) tulang belakangnya. Oleh sebab itu, apabila perut itu mesti diisi, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk pernafasannya (jiwanya)."
Dari 'Amr bin Abu Salamah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang ada di dekatmu." (Muttafaq 'alaih)
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mu`min dan beramal saleh ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. Dan jahannam adalah tempat tinggal mereka. (QS 47:12) 
 Rasulullah bersabda :
“Rasulullah Saw melarang orang makan atau minum sambil berdiri”. (HR. Muslim)
·      Zat Makanannya
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya , dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa  karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 5:3) 
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS 6:145)
Jika semua syarat tersebut sudah kita penuhi, maka ada satu hal lagi yang kita juga harus perhatikan yaitu Bayar Zakat. Mengenai Bayar Zakat ini tentu dalam arti luas dan kita persempitkan dari Zakat adalah Infaq yang merupakan bagian dari Zakat. Setiap rizki yang kita terima, hendaknya harus dikeluarkan minimal 2,5% dan ini berlaku bagi kita yang merasa beriman. Kenapa ini harus kita keluarkan? Karena dari setiap rezki yang kita terima ada hak orang lain yang meminta dan tidak meminta. Dengan membayar zakat/Infaq, inilah salah satu kunci dalam menyucikan hati kita dan inipula yang menandakan (salah satu bentuk nyata) bahwa kita percaya akan kehidupan akhirat.

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS 51:19) 
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan  dan mensucikan  mereka dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 9:103) 
(yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS 41:7) 
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS 9:54)
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Jadikan bulan ini sebagai ladang ‘amal, jadikan bulan ini sebagai pembelajaran diri, jadikan bulan ini sebagai suatu momentum menuju bulan Ramadhan berikutnya dan berikutnya (jika masih diberikan kesempatan), dan yang pasti sebagai bekal menuju kampung halaman kita yang terakhir nan kekal.

Mumpung masih ada kesempatan buat kita untuk merubah diri maka mohonkanlah ampun kepadaNya dengan bertaubat karena Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat.

dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (QS 30:31)
Selaku para orang tua, marilah kita ajarkan kepada anak, cucu, keponakan atau yang lainnya agar tidak mempersekutukan Allah dengan segala aspeknya. Inilah yang pertama-tama harus kita didik mereka sedari dini layaknya Nabi Luqman mengajarkan kepada anaknya.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS 31:13)
Kita harus ingat bahwa salah satu yang dapat menghantarkan dan menyelamatkan kita di akhirat kelak adalah “do’a anak yang sholeh”. Inilah yang harus kita jadikan tolok ukur atau standar penilaian kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Bukan diukur dari banyaknya harta yang berlimpah, banyaknya anak, pendidikan yang tinggi (bukan maksud kami melarang untuk mencari kehidupan di dunia, silahkan tanpa meninggalkan aturan-aturanNya) namun apa gunanya itu semua jika tidak mampu menyelamatkan kita untuk kembali kepada Allah SWT.  Itu semua adalah bersifat fana, tidak kekal dan akan musnah dengan berjalannya waktu. 

Bagi para orang tua yang tidak/belum mempunyai anak kandung/keturunan, tidak perlu berkecil hati, tidak perlu sedih, tidak perlu takut. Bukan berarti kita tidak memiliki hak yang sama dengan mereka (yang memiliki anak kandung) hanya karena do’a dari anak yang sholeh yang dapat menyelamatkannya di akhirat. Kita punya hak yang sama dihadapan Allah. Allah Maha Adil. Bukankah disitu tidak disebutkan bahwa “do’a anak kandung yang sholeh?”.

Jadi do’a anak yang sholeh itu dapat diartikan secara luas.  Mungkin diantara kita mempunyai anak angkat, atau anak didik, atau anak yatim yang kita pelihara/kita urus dengan baik, atau anak buah yang taat, dan masih banyak lagi yang dapat kita artikan menjadi anak. 

Namun demikian itu semua kembali kepada diri masing-masing bagaimana cara mendidiknya agar menjadikan mereka sebagai anak yang sholeh sehingga do’anya dapat menyelamatkan kita di akhirat. Bukan hanya itu, Insya Allah kitapun mendapatkan nilai ibadah yang lebih disisi Allah karena kita secara tulus ikhlas dapat mendidik dan merawatnya. Subhanallah...  

-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar