Kamis, 26 April 2012

MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (3)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.



Segala Puji bagi Allah hendaknya senantiasa kita panjatkan karena hingga kini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat saling berbagi dan kita masih diberikan kenikmatan yang jikalau kita hitung nikmat itu, tidak akan sanggup kita menghitungnya.

Pada kajian kali ini meneruskan bahasan sebelumnya yaitu MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (1) dan MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (2)

Untuk mengungkap Keindahan daripada Wudhu itu sendiri, selanjutnya marilah sama-sama kita pahami filosofi dari gerakan wudhu yang mana pada pembahasan ini memaknai gerakan mengusap kepala serta kuping dan membasuh kaki hingga matakaki dengan berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Penomoran dilanjutkan dari nomor pembahasan sebelumnya, yang masih dalam satu rangkain pembahasan ini.

Minggu, 22 April 2012

MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (2)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.



Segala Puji bagi Allah hendaknya senantiasa kita panjatkan karena hingga kini kita masih diberikan kesempatan untuk dapat saling berbagi dan kita masih diberikan kenikmatan yang jikalau kita hitung nikmat itu, tidak akan sanggup kita menghitungnya.

Pada kajian kali ini meneruskan bahasan sebelumnya yaitu MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (1).

Untuk mengungkap Keindahan daripada Wudhu itu sendiri, selanjutnya marilah sama-sama kita pahami filosofi dari gerakan wudhu yang mana pada pembahasan ini memaknai gerakan mencuci/membersihkan kedua lubang hidung, membasuh muka dan membasuh telapak tangan hingga siku dengan berpedoman kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Penomoran akan dimulai dengan No. 5 dst, karena bahasan ini merupakan rangkaian dan kelanjutan dari pembahasan sebelumnya.

Sabtu, 21 April 2012

MENGUAK TABIR INDAHNYA BERWUDHU (1)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.


Pada kajian kali ini membahas masalah wudhu yang erat sekali keterkaitannya dengan bahasan sebelumnya mengenai Shalat sebagai kunci kebahagiaan Dunia dan Akhirat.

Pengertian Wudhu :

Secara bahasa wudhu berasal dari kata : wadha’ah, yang artinya indah, bagus, dan bersih. [al-Munawi, at-Tauqif `ala Muhimmaati at-Ta`arif, Dar al-Fikr, Beirut, 1410 H, fashl: Dhad]. Jika huruf wawu-nya di-fathah, sehingga dibaca wadhu, artinya air yang digunakan untuk berwudhu. Sedangkan, jika huruf wawu-nya di-dhammah, sehingga dibaca: wudhu maka artinya kegiatan berwudhu.

Secara istilah, wudhu dalam pengertian syariat adalah bersuci dengan menggunakan air pada anggota badan tertentu, dengan tata cara tertentu. (Mausu`ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 43:315)

Shalat Tidak Sah Tanpa Berwudhu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ


“Shalat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima -ketika masih Berhadats- sampai dia berwudhu.”(HR. Muslim 225)

مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ


Kunci pembuka shalat adalah thaharoh dan pengharamnya adalah takbir dan pembubarnya (penutupnya) adalah taslim (baca salam).
(HR at-tirmidzi dan dishahihkan al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi).

Rabu, 04 April 2012

“KAIDAH SHOLAT SECARA LAHIR BATHIN MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT”


Kaji Diri Tanggal 21 Januari 2012 tentang Shalat





 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Kunci kebahagiaan adalah Shalat “

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ زَنْجَوَيْهِ الْبَغْدَادِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ قَرْمٍ عَنْ أَبِي يَحْيَى الْقَتَّاتِ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ الصَّلَاةُ وَمِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوءُ
Abu Bakar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Zanjawaih Al Baghdadi dan tidak hanya seorang mengatakan: Husain bin Muhammad menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Qarm menceritakan kepada kami dari Abu Yahya Al Qattat, dari Mujahid, dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Kuncinya surga adalah shalat dan kuncinya shalat adalah wudhu'. " (Shahih Lighairihi)
Dari Hadits tersebut mengawali bahasan Kaji Diri sesuai tema diatas.
Kajian mengenai Shalat, jika dibahas secara keseluruhan akan luas sekali cakupannya. Cukup banyak ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menyinggung masalah Shalat, terlebih dalam Hadits. Namun dalam Kaji Diri ini akan diulas secara mendasar mengapa Shalat itu menjadi kunci kebahagiaan. Ulasan secara mendasar inilah yang justru akan menjadi pilar dalam menjalankan ibadah lainnya.
Sebelum kita melaksanakan Sholat, tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi karena ini merupakan kunci Sah-nya Shalat.
Rasulullah bersabda:
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
Kunci pembuka shalat adalah thaharoh dan pengharamnya adalah takbir dan pembubarnya (penutupnya) adalah taslim (baca salam).
(HR at-tirmidzi dan dishahihkan al-Albani dalam shahih sunan at-Tirmidzi). 

MAWAS DIRI


“MAWAS DIRI TERHADAP SIFAT-SIFAT YAHUDI DAN NASRANI”




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Dari tema diatas kiranya penting sekali untuk dikaji karena menjadi suatu momen yang tepat agar kita senantiasa saling mengingatkan bahwa acara-acara seremonial yang sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun, merupakan kegiatan yang tidak bermanfaat, bahkan lebih mengarah kepada kemusyrikan. Acara Tahun Baruan, Valentine, dll bukan satu-satunya yang dapat merusak akidah kita tetapi ada juga beberapa hal yang harus kita waspadai karena tanpa kita sadari dalam kehidupan sehari-hari kita dapat terlibat didalamnya.
Kenapa hal ini perlu kita waspadai ? mari kita lihat firman Allah :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS 2:120)

PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 4)


“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 4)”






بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Kaji Diri kali ini menyambung pembahasan sebelumnya yaitu “PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK”.Hendaknya kita senantiasa memperhatikan diri, persiapan-persiapan apa saja yang menjadi bekal kita dalam rangka menyongsong kematian yang sudah pasti dan akan kembali kepada Allah dengan hati yang bersih, tenang dan puas.
Al-Hasyr:018 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah untuk memperhatikan dan mempersiapkan diri masing-masing untuk hari akhirat yaitu dengan bertakwa. Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan selama hidup di dunia.
Sebelum menempuh kepada kehidupan akhirat, kita pasti akan mengalami kematian karena setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, kapanpun dan dimanapun kita berada.

Selasa, 03 April 2012

PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 3)


“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 3)”





بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini menyambung pembahasan minggu sebelumnya yaitu “PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK”, dan bahasannya lebih kepada Persiapan-persiapan apa saja sebagai bekal kita dalam rangka menyongsong kematian yang Insya Allah akan bertemu kehidupan akhirat dengan hati yang bersih, tenang dan puas.
Al-Hasyr:018 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan hendaknya memperhatikan/mawas diri agar mempersiapkan diri untuk menuju hari akhirat yaitu dengan bertakwa. Apa saja yang kita perbuat selama hidup, sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan.

PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 2)


“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 2)”





بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini menyambung pembahasan minggu sebelumnya  yaitu “PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK”.
Al-Hasyr:018
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Allah memanggil orang-orang yang beriman untuk bertakwa kepada Allah dan hendaknya memperhatikan/mawas diri agar mempersiapkan diri untuk menuju hari akhirat yaitu dengan bertakwa. Apa saja yang kita perbuat selama hidup, sungguh Allah Maha Mengetahui.
Az-Zumar:070
وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS 39:70)

PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 1)


“PERSIAPAN MENUJU HARI ESOK (bag 1)”



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Al-Hasyr:018
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 59:18)
Hari akhirat adalah hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna dan hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia. Juga pada hari itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata penuh penyesalan :
Al-Fajr:024
يَقُولُ يَالَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS 89:24)

UJIAN ALLAH KEPADA MANUSIA


“UJIAN DARI ALLAH UNTUK 

MENINGKATKAN KEIMANAN




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini membahas “UJIAN DARI ALLAH UNTUK MENINGKATKAN KEIMANAN”
Hidup ini penuh dengan ujian dan cobaan. Segala sesuatu apabila tidak diuji dan dicoba, tidak nampak ke asliannya, sehingga orang tidak tau mana emas murni, dan mana loyang. Demikian pula pada manusia dan khususnya terhadap orang yang mengaku dirinya beriman, sudah tentu harus melalui ujian dan cobaan.
Ujian merupakan realitas keimanan. Kalau seorang manusia biasa saja pasti diuji oleh Allah, apalagi sebagai seorang mukmin. Pada dasarnya harus ada ujian untuk mengetahui kebenaran keimanan seorang mukmin. Kadang-kadang ada orang yang merasakan keimananya sudah benar lantaran hidupnya mulus-mulus saja tanpa pernah mengalami ujian. Orang seperti ini seharsnya justru bertanya tentang kebenaran imannya, koq hidupnya santai dan mulus-mulus saja. Hal ini karena Allah berfirman

IDUL ADHA


IDUL ADHA



Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kaji Diri kali ini membahas masalah Idul Adha/Idul Qurban karena dalam rangka kita menyambut Hari Raya Idul Adha yang insya Allah sebentar lagi kita rayakan.
Qurban dalam bahasa Arab sendiri disebut dengan qurbah yang berarti menghampirkan/mendekatkan diri kepada Allah. Kata Idul Adha biasa disebut udlhiyah (penyembelihan hewan ternak) seperti domba, sapi, atau kerbau, guna memenuhi panggilan Allah.
Jadi ‘Idul Adha/Qurban adalah menyembelih hewan ternak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.

MENGGAPAI RIDHO ALLAH


“MENGGAPAI RIDHO ALLAH DALAM MELAKSANAKAN ATURAN ISLAM”







Sebelum membahas kepada tema di atas, ada satu wacana yang ingin disampaikan dan nantinya InsyaAllah dari wacana ini akan masuk ke dalam Tema Kaji Diri.
Maksud dan Tujuan kenapa Wacana ini di kemukakan adalah agar kita yang terlibat di Grup ini mudah-mudahan dapat mengambil suatu intisari dan menambah khasanah keilmuan dan keimanan kita bahwasanya tidak dipungkiri akan adanya perbedaan pola pikir, pola pandang, pola sikap diantara kita sesama umat muslim. Namun ini diperlukan suatu kebijaksanaan dari masing-masing individu dalam menyikapinya dan senantiasa haruslah kita kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah apabila terjadi perbedaan-perbedaan tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS 4:59)

HARUSKAN BERWUDHU JIKA INGIN MENYENTUH AL-QUR'AN?


HARUSKAH BERWUDHU JIKA INGIN MENYENTUH AL-QUR'AN?



  • MASALAH MENYENTUH AL-QUR’AN DENGAN BER WUDLU
Haruskah kita ber wudlu terlebih dahulu jika ingin menyentuh Al-Qur’an ?
Untuk menjawab permasalahan ini, memang ada sebagian kalangan/golongan orang Islam yang berpaham bahwa ini diharuskan karena Al-Qur’an itu adalah bacaan yang mulia yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ini adalah sebagai bentuk penghormatan.
Pemahaman ini tidaklah salah, memang itu lebih baik/dianjurkan. Akan tetapi hal ini tidak ditemukan larangannya dalam ayat Al-Qur’an. Malah jika dilihat dari QS 56:77-80, ini bukanlah bentuk larangan :
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS 56:77)
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz), (QS 56:78)
لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS 56:79)
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS 56:80)

Senin, 02 April 2012

FITRAH MANUSIA BERAGAMA ISLAM


“Fitrah Manusia Bergama Islam Untuk Mencapai Ridho Allah”




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillah, hingga kesempatan ini kita masih diberikan Ni’mat Islam, ni’mat iman, ni’mat sehat wal’afiat oleh Allah sehingga kita masih berkesempatan untuk mengkaji diri dari Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi pedoman hidup kita, guna kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, aamiin.
Kaji Diri kali ini masih membahas “Fitrah Manusia beragama Islam untuk mendapat Ridho Allah SWT”.
Mari kita lihat lagi pada QS 30:30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Pada pembahasan sebelumnya, kita mudah2an masih ingat bahwa agama Allah disini untuk menghadapkan wajah kita dengan lurus adalah QS 3:19
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

FITRAH MANUSIA


“FITRAH MANUSIA”



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kaji diri kali ini masih menyambung pembahasan yaitu  ”“PENINGKATAN DIRI SETELAH MENJALANI PUASA RAMADHAN SESUAI FITRAH MANUSIA”. Mari kita lihat lagi pada QS 30:30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Jika kita lihat pada Surat tsb, Allah memerintahkan kepada kita untuk menghadapkan wajah kita kepada agama yang lurus (hanif). Manusia pada fitrahnya sudah beragama Tauhid (Islam) karena manusia sebelum terlahir kedunia sudah mengadakan suatu kesaksian/perjanjian dengan Allah yaitu kita lihat pada QS 7:172
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,

PENINGKATAN DIRI SETELAH PUASA RAMADHAN


“PENINGKATAN DIRI SETELAH MENJALANI PUASA RAMADHAN SESUAI FITRAH MANUSIA”



Setelah satu bulan penuh kita menjalani Puasa Ramadhan atas dasar iman (lihat kajian mengenai Puasa), mudah-mudahan kita kembali kepada fitrah yaitu beragama yang hanif (lurus) dalam menghadapi bulan berikutnya dan kita dapat meningkatkan (syawal) kwalitas diri dalam menjalankan agama Allah.
Pada QS 7:172
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
selanjutnya dalam QS 30:30 :
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,

HIJAB AL-QUR'AN TIDAK MENYENTUH


“Hijab / Penghalang kenapa Al-Qur’an tidak Menyentuh ke Dalam Diri”




Sebagai seorang muslim yang beriman, kita meyakini bahwa Turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) adalah bertepatan pada Bulan Ramadhan. Tidak sedikit pula Umat Islam memperingati Malam Nuzulul Qur’an tersebut ditambah lagi dengan mempersiapkan dirinya menyambut Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar) yaitu dengan beritikaf di masjid.
Apa itu arti dari Nuzulul Qur’an dan Malam Kemuliaan maka yang perlu dimaknai/dikaji lebih mendalam adalah karena secara Fisik sangat jelas bahwa Al-Qur’an sudah Nuzu/turun ke bumi maka “Bagaimana agar Al-Qur’an itu Nuzul/turun dan Menyentuh kedalam diri/hati kita sebagai pedoman dalam kehidupan. Untuk itu Pembahasan Kaji Diri ini mengenai seperti Judul di atas dengan rujukan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits.
Rujukan Ayat-ayat Al-Qur’an sbb :
1. QS 56:77-80
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS 56:77)
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz), (QS 56:78)
لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ
tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (QS 56:79)
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (QS 56:80)

ZAKAT FITRAH


Kajian Zakat Fitrah



Kaji diri kali ini membahas masalah Zakat Fitrah
Zakat adalah salah satu dalam Rukun Islam yang harus kita laksanakan. Arti Zakat adalah Bersih/Suci.
Dalam Al-Qur’an (QS 87:14-15)
Al-A`laa:014
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), 
Al-A`laa:015
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.
Yang dimaksud Membersihkan Diri pada Surat 87:14 adalah membayar Zakat dalam hal ini Zakat Fitrah.
Setelah membersihkan diri dengan membayar Zakat Fitrah lalu pd ayat berikutnya diperintahkan untuk Shalat yaitu Shalat Iedul Fitri.
Orang-orang yang hanya sholat saja tapi tidak berzakat, akan sia-sia ibadahnya begitupun sebaliknya.
Walaupun memang ada hadits yang mengatakan :
َإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرِ عَمَلِهْ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ . (رواه الطبراني)
“Amalan yang mula-mula dihisab (diperhitungkan) dari seorang hamba pada hari kiamat ialah solat . Jika solatnya baik , maka baiklah seluruh amalanya sebaliknya jika buruk solatnya ,maka buruklah pula seluruh amalannya .” (HR Thabranie)